METROPOLITAN.ID - Harga minyak dunia kembali melemah pada perdagangan Kamis (Jumat waktu Jakarta), dipicu kekhawatiran pasar terhadap potensi kelebihan pasokan global serta melemahnya permintaan di Amerika Serikat, konsumen minyak terbesar di dunia.
Harga minyak jenis Brent turun 14 sen atau 0,22% menjadi USD 63,38 per barel.
Sementara itu, minyak West Texas Intermediate (WTI) melemah 17 sen atau 0,29% dan ditutup pada USD 59,43 per barel.
Harga minyak dunia terus mencatatkan penurunan selama tiga bulan berturut-turut hingga Oktober.
Baca Juga: 4 Fakta Unik Comeback Dramatis Persib Bandung Atas Selangor FC di AFC Champions League Two
Kondisi ini terjadi seiring meningkatnya produksi oleh OPEC dan sekutunya atau OPEC+, sementara pasokan dari produsen non-OPEC juga terus tumbuh.
Arab Saudi, sebagai eksportir minyak terbesar dunia, turut merespons dinamika pasar yang kelebihan pasokan dengan menurunkan harga minyak mentah untuk pasar Asia pada Desember.
Langkah ini menjadi sinyal kuat bahwa pasar regional tengah menghadapi suplai berlebih akibat kenaikan produksi dari negara-negara OPEC+.
Pelemahan permintaan global menjadi sorotan utama pelaku pasar.
Sepanjang tahun hingga 4 November, permintaan minyak dunia hanya meningkat 850.000 barel per hari, lebih rendah dibandingkan proyeksi JPMorgan sebelumnya yang mencapai 900.000 barel per hari.
Baca Juga: 7 Alasan Memilih Kampus dengan Kurikulum Berbasis Industri
Kondisi di Amerika Serikat semakin memperburuk sentimen, setelah Badan Informasi Energi (EIA) melaporkan kenaikan signifikan stok minyak mentah AS sebesar 5,2 juta barel, sehingga total meningkat menjadi 421,2 juta barel pada minggu lalu.
Lonjakan stok ini menjadi indikasi bahwa permintaan domestik sedang melemah.
Dengan meningkatnya produksi dari OPEC+, melemahnya permintaan global, serta dinamika geopolitik yang memengaruhi pasokan, harga minyak diperkirakan akan tetap fluktuatif dalam beberapa pekan ke depan.