Pemimpin Cabang Syariah Bogor Baru Ardianingtyas menuturkan, tren gadai di bulan ramadan biasanya terjadi mulai di satu minggu sebelum ramadan. Kenaikan tersebut terjadi karena banyak masyarakat yang membutuhkan dana untuk dibulan Ramdan, serta kebutuhan untuk mudik. Selain itu tren gadai biasanya dilakukan oleh pengusaha atau pedagang untuk meningkatkan modal usaha. "Biasanya buat yang suka jualan baju, mereka menggadaikan emasnya dengan alasan untuk modal usaha," ujar Dian kepada Metropolitan.
Memasuki minggu kedua sampai minggu ketiga, menurut Dian jumlah nasabah tetap stabil. Dan masih ada beberapa nasabah yang menggadaiakan barangnya dengan alasan modal usaha. "Diminggu kedua tetap untuk modal usaha, tetapi lebih ke makanan seperti kue, karena sudah mau jelang idul fitri,” terangnya.
Meski mengalami kenaikan cukup siginifikan, namun penurunan nsabah biasanya terjadi menjelang idul fitri. Menurut Dian di minggu ketiga dan keempat bulan puasa, nasabah akan menebus barang yang di gadainya. "Biasanya kan di minggu-minggu tersebut akan mendapatkan THR, jadi mereka pada ngambil barangnya," tutur Dian.
Usai lebaran, tren gadai pun kembali meningkat, khususnya dua bulan setelah lebaran. Nasabah akan kembali gadai karena kehabisan modal atau sudah kehabisan bekal setelah merayakan Idul Fitri. "Kenaikannya cukup tinggi, karena biasanya pas lebaran pada bagi-bagi rezeki dan juga mereka liburan. Jadi uangnya habis," kata dia.
Penggadaian Syariah sendiri, memberikan kemudahan untuk para nasabahnya yang akan menggadaikan barangnya di kantor penggadaian. Hanya dengan syarat sebagai Warga Negara Indonesia (WNI), sudah berusia 17 tahun keatas dan memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP). "Nasabah hanya perlu membawa KTP dan membawa barang yang akan digadaikannya ke kantor penggadaian syariah. Nanti akan di proses paling lama 15 menit saja," pungkas Dian.
(cr1/c/mam/py)