Senin, 22 Desember 2025

Biaya Produksi Lebih Hemat Pakai Biopelet

- Jumat, 15 Maret 2019 | 07:39 WIB

METROPOLITAN - Pusat Penelitian Biomaterial Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) punya terobosan baru yang dilawarkan bagi pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) home industry. Yakni, dengan mengembangkan bahan bakar alternatif biopelet yang bisa menghemat pengeluaran. Koordinator Riset dan Peng­embangan Biopelet Puslit Biomaterial LIPI, Lisman Suryanegara biopelet ini bisa berasal dari serbuk kayu berbagai jenis kayu seperti mahoni, sonokeling dan albasia. Sementara itu untuk kayu karet dan pinus mengandung getah sehingga pelet yang dihasilkan men­jadi kurang bagus. Selain itu, biopelet juga bisa dibuat dari ampas kopi, batang sawit, jerami atau sekam. Hanya saja dari kayu dan ampas kopi lebih men­ghasilkan pembakaran baik. ”Biopelet ini adalah bioenergi. Biope­let adalah limbah biomassa yang di­bentuk pelet. Panas biopelet ini di kom­por pembakarannya bisa mencapai 800 derajat celsius,” ujarnya di sela-sela Workshop Pembuatan Biopelet dan Kompornya bagi UKM di Puslit Bioma­terial LIPI, Kawasan Cibinong Science Center Botanical Garden, Bogor, Rabu (13/3). Menurutnya, dari beberapa UKM yang didatangi dan memakai biopelet, ba­nyak yang mengaku lebih efisien, hemat biaya dan keuntungannya lumayan menjanjikan. “ Jika dihitung, kisaran harga gas Rp12.000 per kilogram (kg). Kemudian satu kg gas setara dengan 3-4 kg biope­let. Harga biopelet sekitar Rp1.400 kg. Untuk 4 kg biopelet maka biaya yang dikeluarkan tidak lebih dari Rp6.000. Selain itu, nilai kalori yang tinggi bisa membuat pembakaran lebih sempurna karena lebih cepat panas. ”Nilai kalori ampas kopi mencapai 5.000-5.400 ki­lokalori per kg, sonokeling 4.400-4.500, albania 4.100-4.200 kilokalori per kg,” terang Lisman. Penggunaan biopelet ini juga telah terbukti pada sejumlah UKM di Jawa Barat. UKM mengaku berkat biopelet produksinya lebih cepat, hemat waktu dan kualitas udara di sekitar lokasi pro­duksi lebih sehat. Biopelet ini pun hanya menghasilkan abu sekitar dua persen. Salah satunya adalah UKM kerupuk di Cibinong. Saat menggunakan gas, biaya pengeluarannya mencapai Rp28 juta. Ketika beralih ke biopelet, biaya pengeluarannya hanya Rp15 juta. ”Terdapat efisensi 25-41 persen sete­lah menggunakan biopelet. Dari segi emisi, saat pembakaran tidak mengha­silkan asap hitam sehingga proses pro­duksi lebih bersih,” pungkasnya. (de/feb)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

Update Harga Perak Hari Ini Minggu 21 Desember 2025

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:06 WIB
X