METROPOLITAN - Pusat Penelitian Biomaterial Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) punya terobosan baru yang dilawarkan bagi pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) home industry. Yakni, dengan mengembangkan bahan bakar alternatif biopelet yang bisa menghemat pengeluaran. Koordinator Riset dan Pengembangan Biopelet Puslit Biomaterial LIPI, Lisman Suryanegara biopelet ini bisa berasal dari serbuk kayu berbagai jenis kayu seperti mahoni, sonokeling dan albasia. Sementara itu untuk kayu karet dan pinus mengandung getah sehingga pelet yang dihasilkan menjadi kurang bagus. Selain itu, biopelet juga bisa dibuat dari ampas kopi, batang sawit, jerami atau sekam. Hanya saja dari kayu dan ampas kopi lebih menghasilkan pembakaran baik. ”Biopelet ini adalah bioenergi. Biopelet adalah limbah biomassa yang dibentuk pelet. Panas biopelet ini di kompor pembakarannya bisa mencapai 800 derajat celsius,” ujarnya di sela-sela Workshop Pembuatan Biopelet dan Kompornya bagi UKM di Puslit Biomaterial LIPI, Kawasan Cibinong Science Center Botanical Garden, Bogor, Rabu (13/3). Menurutnya, dari beberapa UKM yang didatangi dan memakai biopelet, banyak yang mengaku lebih efisien, hemat biaya dan keuntungannya lumayan menjanjikan. “ Jika dihitung, kisaran harga gas Rp12.000 per kilogram (kg). Kemudian satu kg gas setara dengan 3-4 kg biopelet. Harga biopelet sekitar Rp1.400 kg. Untuk 4 kg biopelet maka biaya yang dikeluarkan tidak lebih dari Rp6.000. Selain itu, nilai kalori yang tinggi bisa membuat pembakaran lebih sempurna karena lebih cepat panas. ”Nilai kalori ampas kopi mencapai 5.000-5.400 kilokalori per kg, sonokeling 4.400-4.500, albania 4.100-4.200 kilokalori per kg,” terang Lisman. Penggunaan biopelet ini juga telah terbukti pada sejumlah UKM di Jawa Barat. UKM mengaku berkat biopelet produksinya lebih cepat, hemat waktu dan kualitas udara di sekitar lokasi produksi lebih sehat. Biopelet ini pun hanya menghasilkan abu sekitar dua persen. Salah satunya adalah UKM kerupuk di Cibinong. Saat menggunakan gas, biaya pengeluarannya mencapai Rp28 juta. Ketika beralih ke biopelet, biaya pengeluarannya hanya Rp15 juta. ”Terdapat efisensi 25-41 persen setelah menggunakan biopelet. Dari segi emisi, saat pembakaran tidak menghasilkan asap hitam sehingga proses produksi lebih bersih,” pungkasnya. (de/feb)