METROPOLITAN - Bukalapak mengembangkan teknologi kecerdasan buatan untuk diterapkan di platform belanja daring. Co-Founder dan President Bukalapak Fajrin Rasyid mengaku pihaknya telah gencar menggarap segmen O2O sejak meluncurkan program mitra Bukalapak pada 2017. Hingga kini, ia menyatakan jumlah mitra Bukalapak mencapai 800 ribu pemilik warung dan ditargetkan dapat mencapai lebih dari 1 juta pemilik warung pada akhir tahun nanti.
Melalui program tersebut, Bukalapak bekerja sama dengan setidaknya 20 perusahaan produsen produk seharihari dan distributor besar untuk dapat menyuplai langsung pasokan kepada warung kelontong. Hal tersebut diyakini dapat memberikan harga produk yang lebih efisien kepada pemilik warung sehingga meningkatkan omzetnya.
“Saat ini, teknologi kecerdasan buatan baru kita gunakan di aplikasi untuk membuat personalisasi rekomendasi produk kepada pelanggan. Bukan tidak mungkin teknologi ini akan diperluas ke depannya dan dikombinasikan dengan O2O untuk memprediksi kebutuhan stok barang di gudanggudang kami,” ujarnya.
Ia menambahkan, perusahaan telah mengalokasikan investasi hingga Rp1 triliun untuk mengembangkan O2O. Dana investasi tersebut digunakan untuk pengembangan teknologi, Sumber Daya Manusia (SDM) dan pergudangan. Sejauh ini, Bukalapak telah memiliki setidaknya 30 gudang yang berada di Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.
Fajrin mengaku tak khawatir melihat kini cukup banyak platform dagangel yang juga ekspansi ke segmen O2O. Menurutnya, Bukalapak termasuk platform dagang-el yang pertama menggarap segmen ini dengan perkembangan yang cukup signifikan.
“Kita ingin nantinya Bukalapak tidak hanya menjadi perusahan e-commerce, tetapi juga perusahaan commerce. Sejauh ini kontribusi O2O kami kepada perusahaan sudah double digit persentasenya,” ujarnya. (bis/feb/ run)