METROPOLITAN - Revolusi industri 4.0 merupakan kerangka teknologi yang diterapkan Kementerian Pertanian (Kementan) dalam mentransformasi pertanian tradisional menuju pertanian modern. Kerangka itu sekaligus jawaban atas pesatnya modernisasi yang bisa memenuhi kebutuhan.
Sejak empat setengah tahun lalu, Kementerian Pertanian telah memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk berbagai Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan) seperti autonomous tractor, drone sebar benih, drone sebar pupuk granule, alsin panen olah tanah terintegrasi dan penggunaan obat tanam.
”Capaian kita banyak yang melebihi target yang ditetapkan pemerintah. Saya cek gudang beras penuh, harga stabil dan ekspor meningkat tajam, bahkan tertinggi dalam sejarah. Kemudian inflasi rendah dan PDB kita meningkat,” kata Amran Sulaiman.
Menurutnya, semua capaian itu tidak terlepas dari gagasan Presiden Jokowi dalam merevolusi mental semua lini, termasuk menerapkan Pertanian 4.0 pada sektor pertanian. Penggunaan digitalisasi adalah jalan menuju persaingan antarnegara di dunia.
“Tidak mungkin kita bisa bersaing dengan negara lain tanpa menggunakan pertanian modern. Dari awal kita sudah melakukan digitalisasi seperti e-catalog. Jadi pembelian apa pun langsung ke pabrik, harga murah dan datang tepat waktu. Semuanya karena e-catalog. Dengan cara ini, harga juga turun. Kemudian saya akumulasi per tahun penghematan anggaran sangat drastis,” katanya.
Amran mengatakan, dengan penghematan ini pemerintah bisa mendorong lebih banyak lagi penggunaan Alsintan ke seluruh Indonesia. Ke depan, petani di pelosok desa tidak perlu menanam padi dengan cara lama yang masih tradisional.
“Jadi ke depan menanam padi menggunakan drone yang bisa menghemat biaya sampai 60 persen. Artinya jika dalam sekali tanam membutuhkan Rp12 juta, maka dengan alat modern drone cuma butuh Rp6 juta,” tandasnya. (jp/feb/run)