Metropolitan – Indonesia belajar dari Brasil terkait dengan pemindahan ibu kota. Sebab, Negeri Samba tersebut dinilai berhasil memindahkan ibu kotanya dari Rio de Janeiro ke Brasilia. Pemindahan itu terjadi pada 1960.Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menyatakan, Brasilia kini sudah menjadi ibu kota yang denyut ekonominya tidak kalah oleh Rio de Janeiro. Ibu kota Brasil dipindahkan ke Brasilia untuk meningkatkan kesatuan nasional. Caranya, membuka lahan kosong di tengah-tengah Brasilia. Akhirnya, saat ini ketimpangan ekonomi di Brasil berkurang. Ketika ekonomi tumbuh di Rio dan Santos, wilayah pedalaman dan Amazon tertinggal jika dibandingkan dengan wilayah di sekitar pantai. Pemindahan ibu kota ke wilayah Ama zon adalah salah satu upaya Brasil mela kukan pemerataan pembangunan. ’’Brasilia bukan hanya pusat pemerintahan, tetapi juga pusat kegiatan ekonomi bagi wilayah sekitarnya. Meski wilayah Amazon masih kalah bila dibandingkan dengan wilayah pantai, ketimpangan bisa diatasi,’’ kata Bambang kemarin (10/7). Bukan hanya pemerataan ekonomi, pemindahan ibu kota ke Brasilia juga bertujuan meratakan penyebaran penduduk Brasil. Sepuluh tahun awal setelah pe mind han ibu kota negara, pertumbuhan jumlah penduduk Brasilia mencapai 14,4 persen per tahun kalau dibandingkan dengan Rio yang hanya 4,2 persen per tahun. ’’Sebagai ukuran sukses pemindahan ibu kota, saat ini Brasilia memiliki pendapatan per kapita tertinggi di Brasil. Brasilia juga berjasa bagi penyebaran agrobisnis karena peran sentralnya sebagai kota di tengah-tengah negara Brasil,’’ jelas Duta Besar Brasil untuk Indonesia Rubem Barbosa. Sekarang Brasilia sudah sangat berkembang. Kota-kota satelit di sekitarnya juga telah muncul. Kota-kota satelit itu tumbuh berkat kemajuan sektor industri, perdagangan, dan pariwisata. Hal serupa bisa dipraktikkan Indonesia. Indonesia akan memindahkan ibu kota ke Kalimantan. Menurut Bambang, pemindahan ibu kota ini bakal menumbuhkan aktivitas reforestasi, bukan malah deforestasi. Pemerintah juga tidak akan menggunakan lahan yang dilindungi untuk membangun infrastruktur dan gedung-gedung baru. ’’Seperti Brasil, kita berupaya melakukan pemerataan pembangunan antara Jawa dan luar Jawa. Ketimpangan pendapatan dan ekonomi ini harus kita atasi,’’ tutur Bambang. Dalam jangka panjang, pemerintah bakal melakukan industrialisasi di luar Jawa dengan hilirisasi hasil tambang dan perkebunan. Baik di Sumatera, Kalimantan, maupun Sulawesi. Kemudian, pemerintah juga mengembangkan berbagai kawasan ekonomi. Mulai kawasan ekonomi khusus (KEK), kawasan industri, hingga kawasan strategis pariwisata nasional (KSPN). Selain itu, misi pengembangan enam wilayah metropolitan di luar Jawa akan terus diupayakan. Calon-calon kota metropolitan di luar Jawa adalah Medan, Palembang, Banjarmasin, Makassar, Manado, dan Denpasar. (rin/c14/oki)