METROPOLITAN - PT Pos Indonesia punya sejarah panjang dalam dunia logistik tanah air. Beberapa kali diterpa isu bangkrut, faktanya Pos Indonesia sedang bertransformasi agar bisa melanggengkan bisnis. Berikut perbincangan wartawan Jawa Pos Virdita Rizky dengan Direktur Utama PT Pos Indonesia (Persero) Gilarsi W. Setijono. Seperti apa transformasi perubahan bisnis PT Pos Indonesia?
Tidak mudah melakukan transformasi. Yang paling mudah yang bisa dilakukan sekarang ini adalah kurir. Kurir berkesempatan untuk tumbuh dan kami transformasi pelan-pelan. Mulai transformasi bisnis yang meng-copy model start-up. Contohnya, jemput kiriman dan mengoperasikan 117 kantor piloting yang ditangani mitra kami sampai 24 jam.
Dari sekian banyak anak usaha, mana yang menjadi penopang? Kan ada tiga anak usaha kami. Pos Logistics, Pos Financial, dan Pos Property. Mereka mempunyai kelincahan untuk mengembangkan bisnis dan tidak harus mengikuti kewajiban induk. Pendapatan Pos Logistics dalam 3–4 tahun terakhir kurang dari Rp 300 miliar.
Tahun ini Rp 1 triliun. Selama 14 tahun didirikan, Pos Financial baru tahun kemarin dapat profit. Pos Property kami punya 28 lokasi yang kami proyeksikan 5 tahun mendatang menjadi kombinasi antara komersial dan office hotel. Kami gandeng strategic partner, ada kolaborasi dana. Pos Logistics bisa cross-border, bisa bermain di luar Indonesia, mencari pembeli di luar Indonesia, dekat dengan customer di sana.
Lebih mudah karena boundary-nya bukan hanya Indonesia, berbeda dengan Pos Indonesia. Ada chance bisnis model Pos Logistics membesarkan Rp 10 triliun dalam 3 hingga 4 tahun. Penopang utama bisnis? Kami memiliki bisnis kurir dan jasa keuangan. Di antara sekitar Rp 5 triliun pendapatan, kontribusi kurir sekitar Rp 3 triliun dan sisanya jasa keuangan.
Disrupsi mengganggu kami dan pengaruh terbesar terjadi di jasa keuangan sehingga kami berusaha kejar dari kurir. Namun, bisnis kurir paling berdarah karena sangat kompetitif. Target hingga akhir tahun? Tahun ini positif, tetapi saya jelaskan tadi ada depresi margin. Pos Logistics selama 3–4 tahun mendatang meraup pendapatan Rp 10 triliun.
Di Pos Financial kami, ada giro pos dan giro. Kami nanti bermitra dengan fintech lending dan bank, serta bermain di big data. Untuk Pos Property, masterplan 8 tahun mendatang untuk pembangunan tadi. Apa yang diharapkan dari pemerintah? Setidaknya ada kebijakan dari pemerintah untuk menyehatkan kondisi keuangan. Di negara-negara lain, ketika gerbang liberalisasi dibuka, perusahaan-perusahaan pos negara lebih dulu mengalami penyehatan.
Jadi, ketika perusahaan pos negara harus bertarung bebas, terbentuklah sebuah persaingan yang sehat dan memiliki level playing field yang sama jika dibandingkan dengan para kompetitor lainnya. (*/c14/hep)