Pandemi corona (Covid-19) yang mewabah di Indonesia sejak Maret 2020 lalu menjadi pukulan berat bagi pelaku usaha. Namun siapa sangka, hal tersebut tidak berlaku bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Bogor, CV Malika Khatulistiwa Dayana Abadi. UMKM yang memproduksi sayuran beku ini malah meraup untung lantaran permintaannya melonjak. DIREKTUR Operasional CV Malika Khatulistiwa Dayana Abadi, Sushane Sarita, mengaku usaha yang dirintis pada 2016 itu justru meningkat saat pandemi Covid-19. Produksi sayur frozen dan makanan olahannya terkerek disebabkan pergeseran perilaku pembeli karena konsumen melakukan jaga jarak fisik di tengah pandemi Covid-19. Di sisi lain, masyarakat menyadari pentingnya makanan bergizi. Selain untuk memenuhi kebutuhan serat harian, sayur juga mengandung berbagai vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh agar tetap sehat. ”Hal ini membuat tren peningkatan permintaan sekitar 30 persen terhadap sayuran beku dan katering sejak pandemi ini,” ujar Sushane. Permintaan produk ready to cook dengan brand ’Simpel dan Aslina Fresh’ banyak berasal dari ritel modern maupun individu dari Bogor maupun Jakarta. ”Kami sampai nyaris kewalahan menghadapi permintaan yang begitu tinggi. Ini sesuatu hal yang sangat challenging bagi kami sebagai UMKM. Alhamdulillah karena kami konsisten di bidang usaha makanan dan menghadirkan produk-produk ready to cook yang praktis dengan harga terjangkau,” terangnya. Produk sayuran beku memiliki umur simpan lebih lama dibandingkan sayuran fresh sehingga memudahkan sistem stok. Selain itu, lebih praktis karena sayuran sudah melalui proses pencucian, dipotong sesuai standar dapur pada umumnya dan dibekukan untuk meminimalisasi kontaminasi. Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa sayuran beku tidak kalah sehat dibandingkan dengan sayur segar. Hal itu dikarenakan pada sayuran beku, sayur tersebut langsung dibekukan setelah dipanen, sehingga kandungan gizinya tetap terjaga. Makanan beku tetap memiliki kandungan antioksidan yang tinggi, termasuk vitamin C, polyphenol, antocyanin, lutein, dan beta karoten. Di sisi lain, usahanya ini sebagai solusi bagi para petani dalam hal menyerap hasil panen dengan harga beli yang baik dan berkesinambungan. Setidaknya ada sekitar 30 petani binaan CV Malika Khatulistiwa yang tersebar di wilayah Jawa Barat. ”Di satu sisi ada kebanggaan kami bisa berbuat sedikit yaitu meningkatkan taraf hidup petani lokal dan dalam rangka ketahanan pangan,” katanya. Setelah sukses menyabet penghargaan dari LPPOM MUI sebagai UMKM yang menerapkan Sertifikasi Jaminan halal (SJH) dengan baik dalam proses bisnis di 2020, CV Malika kini terus melakukan inovasi, termasuk dalam pencapaian target seperti ke market ritel domestik dengan skala lebih besar. (lip/els/run)