METROPOLITAN - Kementerian Perdagangan (Kemendag) memandang perlu upaya serius untuk membangkitkan kembali aspal Buton agar dapat seperti dulu. Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry menilai aspal Buton harus dikelola agar punya daya saing yang kuat melawan aspal-aspal sintetis yang lain. Karena itu, dukungan teknologi pemrosesan, logistik, transportasi, dan perdagangannya harus diperkuat. “Pada intinya pengguna kan ingin aspal yang berkualitas dan harganya kompetitif. Untuk itu, di sektor produksi perlu didukung teknologi yang bagus, dan kami di (Kementerian, red) Perdagangan mendukung dengan sistem logistik, pemasaran, dan akses pasar yang luas,” ujarnya dalam keterangannya, Selasa (1/6). Jerry mengungkapkan aspal Buton sangat terkenal sejak zaman kolonial Belanda hingga nama Buton selalu dikaitkan dengan aspal. Namun, pada perkembangannya aspal sintetis lebih banyak digunakan sehingga aspal Buton agak menurun penggunaannya. Bupati Buton La Bakry bertekad membangkitkan kembali aspal Buton. Menurutnya, aspal Buton dikenal dengan kualitas yang bagus dan durability yang lama. Ia berharap pemerintah pusat mengembalikan kembali kejayaan aspal Buton sehingga bisa memberikan dampak bagi kesejahteraan masyarakat. Jerry sendiri melihat perlunya kerja sama dengan lembaga-lembaga pemerintahan seperti Kementerian Desa (Kemendes) dan pihak swasta untuk masalah ini. “Kita mulai dari yang dekat dulu. Di Kemendes kan ada dana desa. Kita tanya, bisa nggak salah satu penggunaan dana desa adalah untuk pembangunan infrastruktur yang memakai aspal Buton?” imbuhnya. Sementara itu, Direktur Promosi dan Investasi Desa Kemendes Supriyadi menilai sangat memungkinkan bahwa penggunaan dana desa untuk pembangunan infrastruktur memakai aspal Buton. Bahkan, menurutnya, jika itu diwujudkan maka dana desa akan lebih bermanfaat bagi masyarakat. Pasalnya, menurut Supriyadi, aspal Buton juga merupakan produk daerah. Dengan memakai aspal Buton untuk pembangunan jalan di desa-desa berarti perputaran dana desa akan kembali ke daerah. Sehingga, antardaerah bisa saling mendukung dalam mengoptimalkan penyerapan dana desa tersebut. “Dana desa kembali ke desa, dan bahkan bisa bermanfaat maksimal untuk pembangunan daerah,” pungkasnya. (jp/feb/run)