METROPOLITAN - Kampung Batik Cibuluh yang merupakan binaan Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Mustahik (LPEM) Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), kini terus eksis. Mulanya, kampung yang berada di Jalan Neglasari I, RT 02/04, Kelurahan Cibuluh, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, sama dengan kampung lainnya. Namun, sejak Batik Pancawati memberi pelatihan membatik kepada warga di sana, banyak ibu rumah tangga yang akhirnya memiliki keterampilan membatik. Perwakilan dari Batik Melangit, Diyah Sundari, menceritakan bagaimana akhirnya ibu-ibu di Kampung Cibuluh tertarik dan mau memulai usahanya di bidang batik. “Awalnya kenapa kita bisa terjun ke batik adalah untuk mengisi waktu luang, menambah penghasilan tentunya, mengasah kemampuan, dan juga menambah pengalaman menarik dengan bertemu banyak orang yang berkunjung ke Kampung Batik Cibuluh ini,” ungkapnya. Dengan bantuan dan pendampingan usaha dari stakeholder, akhirnya membuat Kampung Batik Cibuluh berkembang signifikan. Apalagi banyak pihak yang mendorong ibu-ibu Cibuluh terus eksis mengembangkan keterampilan membatik. Di antaranya, Institut Pertanian Bogor (IPB), Kementerian Pariwisata, Dinas Koperasi, UKM Kota Bogor, serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor. ”Alhamdulillah banyak pihak yang membangun Kampung Batik Cibuluh ini,” ujarnya. Saat ini, Kampung Batik Cibuluh terdiri dari delapan kelompok yang memproduksi batik. Dari delapan kelompok tersebut, masing-masing memiliki ciri khas atau keunikannya tersendiri. Salah satu contoh keunikan yang dimiliki Batik Melangit, seperti motif angklung bambu dan hujan gerimis. ”Ada juga motif Bogor Pisan yang terdiri dari motif kujang, bunga raflesia, dan kijang yang merupakan ikon Kota Bogor,” urainya. Untuk diketahui, Kampung Batik Cibuluh resmi dibuka pada 24 Agustus 2019. Pada masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), produksi batik di Kampung Batik Cibuluh terpaksa terhenti. Kampung itu juga sempat menutup kunjungan wisatawan. ”Alhamdulillah saat ini Kampung Batik Cibuluh sudah kembali dibuka dan beroperasi seperti biasanya. Selain menjajakan produk serta menjual suasana wisata batik, Kampung Batik Cibuluh juga menyediakan pelatihan bagi pengunjung yang mau belajar membatik,” jelasnya. Sejumlah produk yang dijual Kampung Batik Cibuluh terdiri dari berbagai inovasi produk berbahan dasar batik seperti outer, perlengkapan ibadah, masker, tas, baju, jaket, taplak meja, sarung bantal, dan masih banyak lagi varian produk lainnya. Kisaran harganya mulai dari Rp10 ribu untuk satu buah masker kain batik hingga Rp600 ribu untuk batik tulis. Produk mereka sudah dipasarkan secara online dan dapat dilihat melalui Instagram @kampungcibuluh dan Shopee galeri_batikcibuluh. ”Saat ini yang paling diburu itu produk masker. Dengan adanya program pemerintah doubel masker, sangat membantu. Kita berharap produk batik Kampung Cibuluh bisa diminati bukan hanya kalangan menegah ke bawah, tetapi mereka yang menengah ke atas,” harap Diyah. Ia juga menegaskan bahwa warga di Kampung Cibuluh memegang prinsip selalu berkarya dengan lebih baik dan jujur dengan karya yang dihasilkan. “Kita di sini membuat desain asli buatan kita sendiri, bukan menjiplak atau melihat dari karya orang lain. Kita juga berusaha selalu jujur dalam segalanya. Insya Allah biar usahanya berkah,” pungkasnya. (mg1/feb/run)