entertaiment

20 Tahun Setia Menanti Pujaan Hati (Habis)

Selasa, 5 Maret 2019 | 09:54 WIB

METROPOLITAN - Meski tak pernah bertatap muka lagi dengan wanita impiannya, papa Gia sama sekali tak menolehkan pandangan ke wanita lain. Baru setelah pindah ke Jakarta, sang papa pun mencari sosok wanita tersebut selama dua tahun. Tak berhasil bertemu di Jakarta, nyatanya takdir justru mempertemukan mereka di tempat lain. ”Suatu hari saat sedang terbang, papa oper sama co pilot agar bisa ke belakang cek kondisi penumpang. Saat keluar pintu kokpit, papa lihat tempat duduk penumpang sebelah kiri ada wanita cantik banget pakai kacamata hitam, formal dress rapi lagi asyik ngelihat pemandangan di luar jendela. Itu mama. Nggak terbayang gimana perasaannya saat itu. Undescribeable pasti. Kebahagiaan yang meluap-luap. Tapi dia bisa sok cool nyapa mama. Dan dia masih bisa inget kalau dia masih harus mendaratkan pesawatnya.” Sejak saat itu, papa Gia dan mamanya menjalin hubungan serius. Sampai tiba jelang hari lamaran, mamanya didiagnosis terkena kanker kelenjar getah bening dan divonis harus menjalani sisa hidup selama enam bulan. Meski sempat terpukul, mereka berdua bangkit bersama dan mencari berbagai solusi untuk menyembuhkan kanker, mulai dari operasi sampai kemoterapi. ”Setelah 6 bulan masa vonis lewat, mama masih hidup. Papa bulat hati langsung melamar saat itu juga. Benar-benar di tengah ketidakpastian umur, his love wins. Beberapa bulan kemudian mereka berdua nikah. Cinta nunggu Rangga 12 tahun untuk dapat pacaran kembali. Tita nunggu Adit 14 tahun untuk akhirnya dilamar. Papa nunggu Mama 20 tahun untuk akhirnya menikah. Tapi buat papa nikahin mama bukan akhir cerita, ini justru baru permulaan,” ungkapnya. Aura cinta mereka sampai saat ini masih dapat dirasakan oleh anak-anaknya, termasuk Gia. Menurut penuturannya, sang papa adalah sosok pria romantis yang kerap menunjukkan rasa cintanya. Di usianya yang tak lagi muda, papa Gia masih sering membelikan mamanya kejutan berupa bunga. Namun ternyata kisah cinta antara papa dan mamanya juga kerap terdengar di telinga Gia dari teman-temannya. ”Teman saya dokter setempat kerja malah pernah mergokin mereka berdua lagi ngopi sambil buka laptop, lihat-lihat foto, ketawa bareng, pegangan tangan, benar-benar kayak orang pacaran. Kalau ada teman papa nanya, ’Am, kamu nggak kepiki­ran pengen poligami? Secara keuangan kamu mampu dan secara pribadi kamu juga punya kemampuan untuk adil?’ Jawaban papa selalu sama, ’Saya mau ikutin Sunnah Rasul yang tidak menikahi siapapun selama bersama Bunda Khadijah sampai maut memisahkan’,” tulis Gia mengakhiri ceritanya.

Tags

Terkini