METROPOLITAN.ID - James Cameron kembali membawa penonton menjelajahi dunia Pandora melalui Avatar Fire and Ash, Film ketiga yang disebut sebagai salah satu bab paling krusial dalam semesta Avatar.
Film ini memikul ekspektasi besar karena berpotensi menjadi penentu arah akhir saga yang telah berjalan lebih dari satu dekade.
Meski kembali menuai pujian dari sisi visual dan teknologi sinema, respons kritikus terhadap Fire and Ash dinilai lebih moderat dibanding Avatar (2009) dan The Way of Water (2022).
Baca Juga: Update Harga Emas Antam Malam Hari Ini Sabtu 20 Desember 2025
Hal ini membuat ending film menjadi sorotan utama karena menutup sejumlah konflik besar sekaligus membuka peluang lanjutan cerita.
Duka Keluarga Sully Jadi Poros Emosional Cerita
Kisah Avatar Fire and Ash dibuka dengan kondisi emosional keluarga Sully yang masih diliputi duka mendalam setelah kehilangan Neteyam.
Kesedihan tersebut menjadi fondasi utama narasi dan memengaruhi setiap keputusan Jake Sully dan Neytiri sepanjang film.
Baca Juga: Tiang Listrik Roboh Timpa Warga, Jalan RE Martadinata Kota Bogor Ditutup
Jake digambarkan semakin keras dan agresif, mencerminkan tekanan sebagai pemimpin dan ayah yang merasa gagal melindungi anaknya.
Di sisi lain, Neytiri tampil lebih emosional dan protektif, memperlihatkan trauma kehilangan yang belum pulih sepenuhnya.
Duka keluarga Sully tidak hanya bersifat personal, tetapi juga menjadi simbol harga mahal perjuangan mempertahankan Pandora dari ancaman eksternal.
Baca Juga: Marc Marquez Optimistis Ducati Tetap Tercepat hingga 2026, Masa Depan MotoGP 2027 Masih Terbuka
