METROPOLITAN - Karna tidak tega. Lalu, aku membicarakannya dengan Bara. Aku memintanya untuk pergi bersamaku menemaniku bertemu dengannya sebentar saja. Tak kusangka, Bara mengiyakan. Lalu, kami bertemu di salah satu mall dekat kantor kami. Saat itu aku sudah bisa melihat temanku dari kejauhan, dan Bara sepertinya mengetahuinya. Bara mencoba mencium pipiku entah apa maksudnya. Namun kuelakan, karna malu apabila diketahui temanku tersebut kalau aku sudah punya kekasih. Mereka berkenalan. Lalu, Bara izin untuk Sholat. Aku dan temanku pergi mencari restoran untuk kami makan malam. Setelah kami memesan makanan kucoba hubungi Bara. HP nya tidak aktif aku panik tapi berusaha tenang. Kucoba hubungi terus beberapa kali. Tanpa sepengetahuan temanku. Kukatakan padanya Bara kembali ke kantor untuk bekerja. Lalu setelah 2 jam beasama aku pamit pulang. Kujumpai motornya sudah tidak ada di kantor. Aku naik taxi pulang dengan panik. Keesokannya kudatangi tempatnya sungguh aku sedih sekali. Aku memohon maaf padanya. Menangis di depannya. Aku bersujud memohon agar dia tidak meninggalkanku karena aku sungguh mencintainya. Bara mengangkat tubuhku dan bilang sudah tidak apa. Lalu kami bercinta sampai malam. Tujuh hari sudah sejak peristiwa itu. Hariku sungguh dibuatnya bahagia. Ia membelikanku banyak hal, memperlakukanku dengan sangat baik. Pagi-pagi kuhubungi dia tapi tidak diangkat dia tidak masuk kerja. Ada apa? kemana? kepala ku sungguh kosong. Ternyata, dia sudah pulang ke kampungnya untuk melamar seorang gadis pilihan ibunya karna ia terlampau sakit hati dengan sikapku. Aku ketahui itu setelah hp nya kembali aktif dan ia menghubungiku untuk menyudahi hubungan kami. Hancur sekali hatiku saat itu. Aku hanya bisa menangis dan memohon jangan tinggalkan aku. Beberapa hari ia baru menghubungiku menanyakan cintaku padanya. bahwa ia tidak bisa melupakanku. Lama kami bertelepon. Di saat itu kami saling berjanji untuk saling membahagiakan dan memanfaatkan waktu sampai hari pernikahannya tiba. (cer) (Bersambung)