Ketika bekerja sebagai sopir angkot Prajogo Pangestu mulai mendapatkan celah untuk menjadi seorang pengusaha.
Saat itu Prajogo bertemu dengan pengusaha kayu Malaysia bernama Bong Sun On atau burhan Uray pada 1960-an.
Pengusaha kayu tersebut kemudian mengajak Prajogo untuk bekerja di perusahaan miliknya Djajanti Timber Group.
Melalui perkenalan tersebut Prajogo akhirnya bergabung ke PT Djajanti Group pada 1969 dan dipercaya untuk mengelola Hak Pengusaha Hutan (HPH) di Kalimantan Tengah.
Melalui kerjaannya tersebut Prajogo akhirnya mempunyai banyak pengalaman dan pengetahuan terkait kayu.
Baca Juga: Potensi Cuaca Ekstrem di Januari 2024 Selama Sepekan, BMKG Luncurkan Imbauan Waspada
Sehingga pada akhir 1980 Prajogo memutuskan untuk membuka bisnisnya sendiri dan mendirikan CV Pacific Lumber Coy. Tiga belas tahun kemudian ia mengubah nama perusahaannya menjadi Barito Pacific Timber.
Bisnis kayu yang dijalani oleh Prajogo sangat berkembang pesat dan menjadi salah satu pengusaha perkayuan terbesar di Indonesia sebelum krisis ekonomi 1997. Selain berbisnis kayu pada 2007 ia mulai berbisnis pada sektor lain.
Prajogo mulai berbisnis pada sektor lain dan nama perusahaannya berubah menjadi Barito Pacific serta mengakuisisi perusahaan petrokimia Chandra Asri dengan kepemilikan saham 70 persen.
Baca Juga: Pelatih Shin Tae-yong Pilih 26 Pemain Timnas Indonesia Terbaik untuk Piala Asia 2023
Perusahaan tersebut menjadi produsen petrokimia terbesar nasional setelah bergabung dengan Tri Polyta Indonesia.
Dia juga memperluas bisnisnya pada industri batu bara dan memperkenalkan Petrindo Jaya Kreasi yang IPO di bursa pada 2023.
Namanya juga semakin dikenal publik akhir-akhir ini karena bisnisnya di sektor petrokimia dan energi.
Baca Juga: Datang ke Debat Capres PWI, Prabowo Subianto Bahas 2 Hal Ini