METROPOLITAN.ID - PT Bank Perekonomian Rakyat (BPR) Bank Kota Bogor kembali menorehkan penghargaan. Perusahaan plat merah di Kota Bogor ini meraih rating kinerja dengan predikat sangat bagus tahun 2025.
Adapun, penghargaan ini diberikan dalam ajang Infobank BPR Award 2025 yang diselenggarakan Majalah Infobank.
Sementara itu, penghargaan ini sendiri diterima langsung Dirut PT BPR Bank Kota Bogor, Tommy Indra Gunawan dalam acara Economy Mastery Forum 2025 yang berlangsung di Grand Ballroom Hotel Indonesia Kempinski Jakarta pada Jumat, 29 Agustus 2025.
"Kami sangat bersyukur, akhirnya dapat mengembalikan tradisi dengan menerima penghargaan dari lembaga yang kredibel dan terpandang dalam dunia perbankan sekelas majalah infobank ini," kata Tommy Indra Gunawan.
"Penghargaan ini selain dapat meningkatkan reputasi dan kepercayaan nasabah maupun calon nasabah, juga akan membawa pengaruh positif terhadap motivasi dan semangat kerja bagi internal Bank Kota Bogor," ujarnya.
Diketahui, dari 1.058 BPR yang ada di seluruh Indonesia, ada sebanyak 413 BPR yang berhasil meraih penghargaan Infobank BPR Award 2025 dari Majalah Infobank.
Penghargaan Infobank BPR Award 2025 yang diberikan kepada 413 BPR didasarkan pada hasil kajian Biro Riset Infobank (birI) bertajuk 'Rating 1.058 BPR Versi Infobank 2025'.
Dari 1.058 BPR yang disurvei dan dirating berdasarkan laporan kuangan publikasi tahun 2023 dan 2024, 413 BPR berhasil meraih predikat Sangat Bagus. Ke-413 BPR inilah yang diberi penghargaan Infobank BPR Award 2025.
“Penghargaan Infobank BPR Award yang ke-16 ini adalah bentuk apresiasi Infobank terhadap BPR-BPR yang berhasil mencatatkan kinerja terbaiknya di tahun 2024,” ujar Eko B Supriyanto, Chairman Infobank Media Group, dalam kata sambutannya.
Meski berhasil mencatatkan kinerja terbaiknya, BPR-BPR peraih penghargaan harus terus menjaga performanya. Sebab, ke depan, berbagai tantangan BPR akan semakin banyak.
Pertama, ketidakpastian global akibat kondisi geopolitik, kebijakan tarif perdagangan, serta tekanan ekonomi domestik, turut melemahkan daya beli masyarakat dan memperkecil permintaan pasar.
"Dalam situasi tersebut, banyak pelaku usaha besar mengalami penurunan pendapatan hingga gagal bertahan," ujar Eko.
Kedua, likuiditas yang semakin ketat menjadi hambatan tersendiri bagi perbankan, termasuk BPR.
Kehadiran instrumen seperti Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dengan yield menarik membuat dana investor tersedot ke pasar surat berharga, bukan ke perbankan.
