METROPOLITAN – Panas kepanasan, hujan kehujanan dan berpindah tempat ke tempat yang lain. Hal itu seakan sudah biasa bagi Ari Jin Jin saat memulai usaha penjualan baju adat Sunda pada 2013 di wilayah Bogor Raya.
Dengan tekad bulat dan usaha yang gigih, Ari sukses memiliki tiga outlet di Bogor Raya. Salah satunya di Kampung Lumbung, RT 02/04, Desa Semplak Barat, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor. “Awalnya karena kecintaan terhadap pakaian budaya Sunda yang akhirnya membuat saya ingin berwiraswasta dalam usaha penjualan baju adat Sunda atau lebih dikenal baju pangsi (baju kampret, red),” ujar Ari.
Saat awal berdiri, Ari memperkenalkan baju istiadat tersebut di pinggiran jalan umum dengan modal awal hanya Rp1 juta. “Seperti menggantung baju di pinggiran jalan di sekitar Taman Topi,” katanya. Perjuangannya itu berbuah hasil pada satu tahun pertama. “Saya hanya satu tahun berjualan di emperan jalan dan tak lama dari itu saya mencoba berjualan di outlet yang kini dinamakan Distro Sunda Abah B o gor. Hanya distro inilah yang menjual perlengkapan baju adat Sunda,” terang pria kelahiran April 1975 itu. Dia berharap dengan usahanya yang kini terus dirintis dan diperjuangkan itu, masyarakat Bogor Raya tidak menghilangkan budaya asli Sunda. (yos/a/er/py)