Senin, 22 Desember 2025

Untung Besar Jadi Flipper, Datangkan Banyak Rupiah

- Rabu, 25 Juli 2018 | 10:53 WIB

-
METROPOLITAN – Tren flipper atau flip di dunia properti Indonesia mungkin belum begitu familiar. Berbisnis properti dengan cara fliping atau membalikkan transaksi dari seorang pembeli menjadi penjual properti ternyata cukup banyak. Seperti yang dilakukan banyak pebisnis properti di Bogor yang menjual produknya dalam jangka waktu yang tidak lama. Banyaknya permintaan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hunian, membuat semakin meningkat pula developer yang menekuni bisnis properti di Bogor. Demi menggaet konsumen yang banyak dengan cepat tentu membutuhkan proses dan cara yang menarik pula. Salah satunya dengan flip properti atau flipper. Direktur Utama Bos Properti Sumintong Wibowo menuturkan, pegiat bisnis flip properti ini merupakan masyarakat umum atau pedagang di dalam properti yang mendapatkan pinjaman KPR/KPA dari bank. Dengan pinjaman tersebut, flipper mencari properti dengan harga miring. Mungkin karena pemilik yang butuh uang cepat atau kondisi properti yang harus direnovasi. Flipper sendiri tengah menjadi tren bisnis di bidang properti 2018. Dengan mencari properti yang memiliki harga miring maka, seorang flipper memiliki selisih harga beli dengan harga pasaran yang cukup besar. Contohnya, flipper membeli rumah dengan harga Rp100 juta, lalu flipper melakukan renovasi rumah tersebut dan menghabiskan dana sebesar Rp30 juta. Modal yang di keluarkan untuk rumah tersebut sebesar Rp130 juta, sedangkan harga pasarannya di angka Rp200 juta. “Jadi flipper punya margin Rp70 juta. Namun, dengan angka tersebut flipper memberi kemudahan untuk calon konsumennya dengan memberi harga Rp200 juta yang sudah termasuk biaya administrasi, KPR dan legalitas yang menghabiskan dana sekitar Rp20 juta. Sisanya ada di angka Rp50 juta. Itu sudah menjadi keuntungan flipper, sekitar 30% dari modal yang dikeluarkan,” ujarnya kepada Metropolitan. Persentase margin yang didapatkan dari penjualan properti oleh penggiat properti flip tersebut sebesar 10% sampai dengan 30%, margin tersebut didapatkan tergantung dari proses renovasi yang dilakukan. Untuk metode pemasaran yang dilakukan oleh Bos Properti memang secara online, mulai dari media social hingga melalui media online web. “Paling cepat, dalam dua minggu berikutnya properti yang dipasarkan sudah dapat terjual, bisnis properti memang memiliki perputaran uang yang sangat cepat. Jadi proses yang memakan waktu lama hanya pas proses pembayaran saja yang memakan waktu satu sampai dua bulan,” kata dia. Kendala penjualan yang dialami oleh pembisnis properti yaitu, segi pemasaran sudah berjalan baik tetapi bertemu dengan calon konsumen yang kategori finansial yang kurang baik. Salah satunya memiliki kemampuan bayar namun, di mata bank calon konsumen memiliki histori yang jelek. Atau sebaliknya. “Namun, jual beli rumah dengan cara flipper ini sangat menjanjikan. Karena bisnis yang tidak pernah mati adalah bisnis properti,” kata dia. Wibowo juga menambahkan, Bos Properti Bogor memiliki penjualan properti yang paling besar dengan segmen menengah di harga Rp700 juta kebawah. Artinya dengan menawarkan cicilan mulai dari Rp2 juta hingga Rp6 juta perbulan. Untuk wilayah Bogor memang rumah dengan harga tersebut yang masih menjadi incaran konsumen. Berbeda dengan di wilayah Depok dan Jakarta yang bisa mencapai Rp1 milyar. (cr1/c/mam)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

Update Harga Perak Hari Ini Minggu 21 Desember 2025

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:06 WIB
X