Senin, 22 Desember 2025

Gabungan BUMN Siap Luncurkan LinkAja

- Kamis, 14 Februari 2019 | 10:11 WIB

METROPOLITAN - Aplikasi uang elektronik berbasis Quick Response Code (QR Code) gabungan dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) LinkAja, masih dalam proses perizinan Bank Indonesia. Padahal, aplikasi itu ren­cananya akan diluncurkan dua pekan lagi.

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Sugeng menjelaskan, proses izin LinkAja sudah masuk ke bank sentral. ”Benar telah ada pengajuan (izin) kepada BI. Sesuai ketentuan BI, peng­ajuan dilakukan oleh perusahaan yang bersangkutan dan saat ini tengah di­proses tim perizinan,” kata Sugeng. Dia menambahkan pemrosesan izin tersebut akan mengacu pada keten­tuan yg berlaku dan senantiasa me­mastikan terciptanya sistem pem­bayaran yg lancar, aman, efisien, dan andal, serta memperhatikan perlin­dungan konsumen. LinkAja adalah uang elektronik ga­bungan dari empat bank milik pe­merintah (Mandiri, BRI, BNI, dan BTN), serta PT Jiwasraya, PT Telkom dan PT Pertamina. Menurut Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Survei dan Konsultan Kementerian BUMN, Gatot Trihargo, LinkAja akan berada di­kelola oleh PT Fintek Karya Nusan­tara (Finarya). Finarya merupakan perusahaan bikinan PT Telekomuni­kasi Tbk (anak usaha PT Telkom) yang selama ini mengelola produk uang elektronik T-Cash, milik Telkomsel. Uang elektronik milik BUMN yang sudah terbentuk, akan dilebur ke da­lam LinkAja. Saat ini Bank BRI punya My QR dan Bank BNI punya Yap!, dan Telkomsel punya T-Cash. Rencananya, Kamis (21/2) uang-uang elektronik itu akan bergabung dalam LinkAja. Dengan peleburan ini, harapannya pengelolaan, infrastruktur, dan pro­mosi uang elektronik akan lebih efisien. ”Jadi promosi bareng-bareng, tidak duplikasi. Lebih efisien dari (sisi) in­frastruktur,” ujar Gatot. Untuk pembagian saham, Telkomsel akan dominan dengan memegang saham sebesar 25 persen. Sementara, tiga bank yakni Bank Mandiri, BNI dan BRI akan memegang saham ma­sing-masing 20 persen. Sementara, BTN dan Pertamina memegang masing-masing 7 persen dan Jiwasraya akan memegang 1 persen saham. Gatot menilai, mereka tak akan me­nyaingi layanan uang elektronik Go-Pay dan OVO. ”Kami meramaikan saja bukan pesaing. Basis pelanggan mereka (Gopay dan Ovo) juga belum banyak, 19-20 ribuan lah Gojek, kalau Grab 15 ribuan,” kata Gatot. Gatot menilai lebih penting menyu­burkan ekosistem pengguna layanan LinkAja. Misalnya, banyak BUMN yang memiliki infrastruktur transportasi yang penggunaannya membutuhkan pembayaran. Infrastruktur itu mulai dari jalan tol hingga kereta api. ”Yang penting kan ekosistem. Kalau basis pelanggan kan nanti masuk ke jalan tol, bandara, KAI. Itu yang mandatory,” ujarnya. Sebagai catatan, tahun lalu Go-Jek mengklaim sebagai platform mo­bile on-demand dan pembayaran digital terbesar di Asia Tenggara dengan total gross transaction value (GTV) lebih dari AS $9 miliar. Eko­sistem Go-Pay memproses AS $6,3 miliar GTV, sementara layanan pe­san antar makanan, Go-Food, mem­proses AS $2 miliar GTV sepanjang 2018. (btg/els/py)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

Update Harga Perak Hari Ini Minggu 21 Desember 2025

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:06 WIB
X