JAKARTA, Jawa Pos – Kinerja penjualan semen pada semester pertama tahun ini tidak cemerlang. GM of Marketing Semen Indonesia Johanna Daunan menyatakan bahwa pada Januari sampai Juli lalu, penjualan turun sekitar 4,55 persen.
Saat dijumpai di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta Selatan, kemarin (21/8), Johanna menyebutkan bahwa berkurangnya proyek pembangunan merupakan faktor utama pemicu turunnya penjualan semen. ”Kalau dilihat, memang demand secara nasional juga turun. Pembangunan rumah ritel berkurang sehingga permintaan semen melemah,’’ ujarnya.
Johanna lantas memerinci penjualan semen pada periode yang sama tahun lalu, yakni sebesar 16,10 juta ton. Angka itu turun menjadi 15,37 juta ton pada awal tahun ini. Kendati demikian, emiten berkode SMGR tersebut optimistis bakal ada perbaikan pada semester kedua ini.
Johanna yakin penjualan semen akan rebound seiring membaiknya permintaan. ”Semester kedua demand biasanya naik. Ini akan berdampak pada kinerja full year 2019,’’ terangnya.
Rendahnya penjualan semen di dalam negeri membuat SMGR harus memutar otak. SVP of SMO & Communication SMGR Ami Tantri mengatakan, penjualan semen nasional turun 2,1 persen. ”Iya memang turun, makanya kami ekspor.
Sekitar 10 persen,’’ jelasnya di tempat yang sama. Ami mengatakan, pihaknya hanya mengekspor ke negara-negara dekat. Alasannya, cost untuk ekspor besar. Jika dipaksakan, margin keuntungan pun akan lebih rendah. (dee/c12/hep)