JAKARTA, Jawa Pos – Wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki lahan garam yang luas. Bukan hanya itu, kualitas garamnya pun bagus. Asalkan ada aliran modal yang kuat, provinsi tersebut punya potensi besar menjadi produsen garam nasional. Pemerintah pusat menganggap lahan garam NTT layak di lirik investor.
’’Seperti yang telah disampaikan Bapak Presiden Joko Widodo, kita memerlukan investasi yang besar untuk meningkatkan kualitas garam lokal,’’ kata Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto Rabu (21/8).
Dia menuturkan, investasi yang masuk akan memicu terjalinnya sinergi antara para petani dan pelaku industri garam. Airlangga lantas menyebut lahan garam di Desa Nunkurus, Kupang, sebagai salah satu yang berkualitas baik. Menurut dia, garam Nunkurus cocok diserap sektor industri. Sayangnya, sejauh ini lahan yang tergarap untuk kepentingan produksi garam baru seluas 10 hektare (ha).
Padahal, potensi lahannya mencapai 600 ha. Selain Nunkurus, NTT memiliki lahan potensial lain di Teluk Kupang. Menurut Airlangga, di kawasan tersebut tersedia lahan garam seluas 7.700 ha. Atau hanya sedikit dari total sekitar 60 ribu ha lahan garam di Jatim.
’’Selain Teluk Kupang, sisanya tersebar di berbagai wilayah NTT. Misalnya, Kabupaten TTU, Malaka, Sabu Raijua, Rote Ndao, dan Nagekeo,’’ terangnya. Airlangga yakin, dalam waktu 2 sampai 3 tahun mendatang, sekitar 21 ribu ha lahan menghasilkan garam. ’’Produksinya bisa mencapai 2,6 juta ton per tahun,’’ ungkapnya.
Tahun depan pemerintah menargetkan sekitar 600 ha tergarap. Sampai saat ini, investasi yang masuk ke lahan garam Nunkurus mencapai Rp 110 miliar. Pemerintah yakin, lahan di NTT bisa menghasilkan garam berkualitas yang mampu menekan ketergantungan terhadap garam impor.
’’Dengan mengganti garam industri impor, pemerintah bakal menghemat devisa,’’ ujar Airlangga. Sekretaris Jenderal Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono menyatakan, peningkatan kualitas garam lokal perlu didukung investasi yang bisa memperkuat struktur industri dari hulu ke hilir. (agf/c14/hep)