METROPOLITAN - Industri rumahan tempe di Kelurahan Balumbangjaya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, diterpa berbagai kendala. Seperti yang dialami produsen tempe, Surono. Sudah 24 tahun membuat tempe, ia merasa usahanya sulit menembus pasar modern. Padahal, setiap hari ia bisa memproduksi 40 kilogram tempe. Selama ini, bapak tiga anak itu harus mengolah tempe sampai menjualnya sendiri ke pasar tradisional. Ia mengaku tidak mampu membayar pegawai sehingga semuanya harus dikerjakan sendiri. ”Saya produksi tempenya dari jam satu siang. Nanti saya bawa ke pasar jam dua malam. Itu setiap hari,” katanya saat ditemui Metropolitan, kemarin. Surono menyadari ketidakmampuannya menembus pasar tempe yang lebih modern karena terkendala modal, persaingan dan pengetahuan. Sehingga ia merasa perlu mentor usaha. Walaupun masuk beberapa perkumpulan pembuat tempe, ia merasa tidak ada pembinaan atau dukungan untuk mengembangkan produksi tempenya secara luas dan modern. ”Saya masuk ke beberapa perkumpulan pembuat tempe, tapi di dalamnya masing-masing. Yang tahu ya sudah, dia bakal lebih maju tapi nggak merangkul,” katanya. Surono memiliki harapan pemerintah mau membimbing dan membuka peluang para produsen tempe tradisional. Misalnya dengan program-program gratis dan bantuan modal untuk menjaga stabilitas produksi tempe. ”Saya berharap pemerintah mendorong, mulai dari modal sampai program gratis. Apalagi kalau kita bisa sampai impor, kan bisa ikut bantu negara juga,” pungkasnya. (cr2/b/els/ run)