METROPOLITAN - Meski sudah jarang terdengar dan banyak produk jajanan kekinian, usaha pembuatan kerupuk asoy yang berlokasi di Kampung Moyan, RT 01/07, Desa Leuwiliang, Kecamatan Leuwiliang, masih diminati banyak orang. Bahkan pemesannya sudah sampai luar kota. Setiap pagi, Heri (31) sudah memulai adonan asoy yang bahannya terbuat dari terigu dan aci. Setiap harinya ada 500-1.000 lembar anyaman bambu berisi kerupuk yang dijemur. Heri tidak sendirian, ada enam pegawai yang membantunya. Pukul 06:00 WIB, ia sudah disibukkan untuk mengolah kerupuk asoy. ”Alhamdulillah kita sudah mengirim kerupuk asoy ini sampai Sukabumi, Banten hingga Jakarta. Usaha ini juga dimulai oleh orang tua sejak 1991 dan bisa dilanjutkan oleh saya. Hambatannya sejauh ini kita hanya di modal saja,” kata perajin asoy, Heri Kusyanto, kepada Metropolitan. Untuk omzet, setiap bulannya ia mampu mengantongi Rp5 juta sampai Rp20 juta dengan setiap penjualan per bal atau 4,5 kilogram. Jika dirupiahkan, mencapai Rp50.000 per balnya. ”Kita mendistribusikan kerupuk ke luar kota bisa sampai 100 sampai 150 bal dalam sekali pengiriman, dalam satu minggu bisa empat kali pengiriman,” tambahnya. Heri berharap bentuk usaha kecil ini dapat dukungan pemerintah berupa modal agar macam usaha dapat bersaing dengan produk kekinian lainnya. ”Saya berharap pemerintah memberi bantuan sama usaha kecil ini, supaya bentuk usaha lain pun bisa bersaing dengan produk lainnya,” tutupnya. (cr1/c/feb/run)