METROPOLITAN - Roda sektor properti berjalan lambat sepanjang tahun lalu. Namun, para pengembang tidak mau berpangku tangan. Tahun ini beberapa pengembang kembali membuka proyek baru. Terutama yang menyasar kelas menengah ke atas. Direktur PT Ciputra Development Tbk Agung Krisprimandoyo mengaku pihaknya memberanikan diri membuka proyek baru. Itu dilakukan karena ekspansi sudah tertunda selama satu tahun akibat pandemi Covid-19. “Baru kemarin (Minggu, 14/2) kami melakukan proses NUP (Nomor Urut Pemesanan, red) proyek di Malang. Ini adalah proyek pertama yang kami garap tahun ini,” ungkapnya, Senin (15/2). Menurut Ketua DPD Asosiasi Realestat Broker Indonesia (Arebi) Jawa Timur (Jatim) Rudy Sutanto, pasar properti menengah ke atas memang masih potensial. Namun, pengembang harus pintar menarik minat konsumen. “Kebutuhan terhadap properti itu ada dua. Mengambil untung atau untuk dihuni. Pengembang harus memahami karakteristik konsumen,” ungkapnya. Untuk pasar secondary, konsumen tentu lebih suka rumah yang sudah jadi. Namun, investor pasti lebih jeli. Biasanya mereka melihat perkembangan harga properti tersebut lebih dulu. Belakangan, konsumen juga mempertimbangkan konsep dan desain rumah yang akan dibeli. Sebab, untuk rumah mewah, pembeli biasanya punya lebih dari satu rumah sebelumnya. Agung mengatakan, tahun lalu Ciputra fokus menjual unit yang sudah ada. Kebijakan itu muncul akibat tren tumbuhnya Dana Pihak Ketiga (DPK) di perbankan. Artinya, banyak konsumen yang lebih memilih menyimpan uang mereka daripada berinvestasi. Namun, vaksinasi memengaruhi psikologis masyarakat Indonesia. Karena itu, Agung optimistis dengan rencana ekspansinya. Malang dipilih sebagai lokasi karena punya karakteristik sebagai second city sekaligus kota wisata. (jp/ feb/run)