METROPOLITAN - Emiten telekomunikasi PT XL Axiata Tbk. (EXCL) baru saja merilis laporan keuangannya. Dalam laporannya, tercatat bahwa laba bersih kuartal III XL Axiata mengalami penurunan. Laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk menjadi Rp1,01 triliun atau turun 51,03 persen dari sembilan bulan tahun lalu sebesar Rp2,07 triliun. Penurunan tersebut akibat turunnya keuntungan dari penjualan dan sewa balik menara telekomunikasi. Turunnya laba bersih tersebut lantaran penurunan keuntungan dari penjualan dan sewa balik menara yang menjadi hanya Rp313, 29 miliar per kuartal III/2021. Sedangkan pada kuartal yang sama tahun lalu berhasil memperoleh keuntungan Rp1,97 triliun. Pada kuartal III tahun lalu, XL Axiata telah menyelesaikan penjualan atas 2.688 menara dan sewa balik sebagian ruang untuk sebagian menara dengan Protelindo dan PT Centratama Menara Indonesia (CMI) dengan nilai transaksi Rp3,8 triliun. Dari penjualan tersebut, XL Axiata punya porsi penerimaan sebesar Rp1,98 triliun. Jumlah ini menjadi penerimaan yang dapat diatribusikan dari proporsi hak yang dialihkan ke Protelindo dan CMI sehingga dicatat sebagai arus kas dari aktivitas investasi. Adapun, pada kuartal III tahun ini dan per 31 Desember 2021, EXCL telah menyelesaikan transaksi penjualan dan sewa balik atas masing-masing sebanyak 353 dan 143 aset infrastruktur telekomunikasi dalam ruang (picocell) dengan PT Dhost Telekomunikasi Nusantara (Dhost) dengan nilai transaksi masing-masing sebesar Rp272,58 miliar dan Rp106,52 miliar. Dengan demikian, pembeda kinerja keuangan per kuartal III 2021 ini terutama karena tidak terjadi penjualan menara secara masif seperti yang dilakukan pada kuartal III 2020 saat EXCL menghasilkan keuntungan yang dapat diatribusikan. Kendati demikian, EXCL berhasil mendongkrak pendapatannya meski tipis. Emiten penyedia jasa telekomunikasi ini membukukan pendapatan senilai Rp19,80 triliun, naik 0,73 persen dari pendapatan pada kuartal ketiga 2020 sebesar Rp19,65 triliun. Berdasarkan segmentasi, pendapatan EXCL masih didominasi pendapatan dari kontrak dengan pelanggan, mencapai Rp19,76 triliun. Sisanya merupakan pendapatan sewa operasi senilai Rp30,69 miliar. Kenaikan pendapatan dibarengi dengan penurunan sejumlah beban-beban milik EXCL. Beban infrastruktur menurun 0,96 persen menjadi Rp5,95 triliun. Beban interkoneksi dan beban langsung lainnya menurun 14 persen menjadi Rp1,03 triliun. Beban umum dan administrasi juga menurun 9,05 persen menjadi Rp221,32 miliar. Beban penyusutan yang menjadi beban terbesar EXCL cenderung stabil di angka Rp7,42 triliun. Hanya saja, beban penjualan dan pemasaran naik 39,05 persen dari semula Rp1,35 triliun menjadi Rp1,88 triliun (jp/ feb/run)