CISARUA – Banyaknya resapan air di Puncak dan sekitarnya yang dijadikan bangunan membuat wilayah itu siaga bencana karena saat ini sudah memasuki musim penghujan dengan intensitas tinggi.
Sebut saja lahan konservasi Talaga Warna. Di sana mulai banyak dibuat bangunan semi permanen. Belum lagi di atas bukit yang seharusnya ditanami pepohonan, kini beralih fungsi menjadi hotel dan vila. Di lahan perhutani pun tak luput dari bangunan-bangunan untuk sarana penginapan dan peristirahatan. ”Kami seringkali menyampaikan kepada Pemkab Bogor tentang banyaknya bangunan yang diduga liar, tapi sampai kini masih belum digubris,” ungkap aktivis lingkungan Rumpun Hijau, Sunyoto.
Selain itu, gorong-gorong di sepanjang jalan raya yang seharusnya untuk menampung air, kini di atasnya banyak dijadikan bangunan toko, seperti terlihat di kawasan Warung Kaleng. meski pun toko sudah disegel Satpol PP kabupaten Bogor, tetap saja berdiri kokoh.
Akibatnya, air yang meluncur bebas dari kawasan konservasi gundul tidak bisa mengalir sebagaimana mestinya sehingga apabila hujan turun di kawasan pertigaan Taman Safari dan Warungkaleng air meluber ke jalan, bahkan setinggi betis orang dewasa.
Kepala Bidang Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor Sumardi mengatakan, Puncak memang rawan bencana. Hal itu karena banyaknya bangunan berdiri di lahan yang tidak semestinya.
(ash/b/suf/mg4/dit)