CISARUA - Merasakan atmosfer Puncak, pastinya akan membuat siapa pun ingin kembali lagi bahkan menetap di sana. Apalagi ketika hamparan daun teh di perbukitan menjadi pemandangan yang sulit dilupakan. Puncak, keindahannya tidak mengenal waktu dan cuaca. Di musim panas, suasana Puncak akan terasa segar dan mendayu sedangkan di musim penghujan, udara dan pemandangan Puncak akan terasa syahdu karena kabut tebal kerap menyelimuti.
Tak heran apabila turis dari Timur Tengah menjadikan Puncak sebagai tujuan wisata utamanya. Tak heran pula apabila warga Jakarta yang akrab dengan udara panas dan kebisingan menjadi betah tinggal di Puncak, berlomba-lomba membuat vila dan tak jarang menggerus lahan resapan air. Keadaan tersebut sangat dikhawatirkan masyarakat sekitar.
Menurut Bram, di satu sisi banyak rupiah bertebaran di Puncak. Di sisi lain, nilai etika perlahan dikhawatirkan tergerus budaya perkotaan yang datang. ”Salah satu cara mempertahankan kearifan lokal adalah memberikan pengertian pada generasi muda agar tidak mudah terpengaruh budaya asing,” harapnya. Dia juga mengingatkan, budaya yang dibawa para wisatawan, belum tentu cocok dibawa ke Puncak atau bahkan diikuti.
(ash/b/suf/dit)