bogor-selatan

Tergerus Pembangunan, Hasil Panen Terjun Bebas

Kamis, 2 Maret 2017 | 08:45 WIB

CIAWI - Banyaknya lahan-lahan produktif yang beralih fungsi menjadi perumahan, vila, hotel atau pabrik berdampak pada menurunnya produksi hasil pertanian. Meski berbagai upaya telah dilakukan tapi tetap saja tidak mampu mengerem laju pembangunan. Dengan semakin menurunnya lahan produksi pertanian, maka otomatis akan berdampak pada hasil panen. Meski fasilitas pertanian terus dibantu pemerintah, tetap tidak bisa meningkatkan hasil panen.

Saat ini, di tiga kecamatan yakni Kecamatan Ciawi, Megamendung dan Cisarua lahan pertanian semakin kritis. Bahkan, dari catatan Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pertanian Wilayah Ciawi Teguh Irianto, hanya tersisa sekitar 2.000 hektare. Tak pelak, dengan jumlah lahan pertanian yang semakin menurun, secara otomatis hasil pertanian pun merosot tajam. ”Saat ini hanya tinggal 2.000 hektare lahan yang bisa ditanami. Selebihnya sudah menjadi hutan beton, berupa vila, rumah hingga pabrik,” ungkapnya kepada Metropolitan.

Untuk produksi beras saja, masih menurut dia, saat ini sudah anjlok. Di samping faktor tergerusnya lahan pertanian, faktor pola tanam juga sangat mempengaruhi turunnya jumlah panen di tiga kecamatan tersebut. ”Kalau dulu petani biasanya serentak menanam padi, sekarang biasanya padi ditanam hanya untuk kebutuhan keluarga dan biaya hidup sehari-hari biasanya petani menanam palawija,” tegasnya. Hal tersebut diakui seorang petani Asep (45) di wilayah Kecamatan Ciawi.

Dirinya harus banting setir dengan buka usaha keluarga di tengah pertanian yang semakin menyusut. “Dulu saya total di pertanian, sekarang lahan sudah berubah fungsi. Tanah yang saya garap juga tak seluas dulu, makanya saya mulai buka usaha sendiri di luar pertanian. Mengingat pertanian dianggap kurang menjanjikan di masa mendatang,” tutupnya

(ash/b/ suf/dit)

Tags

Terkini

PTPN 1 Regional 2 Pasang 6 Plang di Lahan Ilegal Puncak

Jumat, 13 September 2024 | 18:48 WIB