CISARUA - Puncak yang memiliki atmosfer sejuk, sejak dulu selalu menjadi tempat tujuan para pelancong. Perkembangan wisata menjelma menjadi sektor industri. Tetapi banyak kalangan yang menyayangkan jika pertumbuhannya tidak dibarengi perencanaan yang baik, sehingga Puncak terkesan kumuh. Sebut saja infrastruktur jalan yang kurang memadai. Banyaknya pembangunan tempat wisata dan hotel, namun jalan yang ada itu-itu saja. Meski Puncak menjadi salah satu lumbung penghasilan pajak terbesar kedua di Kabupaten Bogor, kenyamanan berkendara bagi para wisatawan tidak diperhatikan. Puncak langganan macet, Pemkab Bogor baru akan merencanakan pembangunan Jalan Alternatif Lingkar Utara dan Selatan. Wacana itu pun tidak muncul begitu saja, perlu teriakan para aktivis ke jalan, membangunkan Pemkab Bogor yang seolah tertidur dan terkesan cuek pada kawasan Puncak. ”Pembangunan jalan alternatif adalah satu kebutuhan, sehingga pemkab wajib membangunnya. Jangan hanya mau hasilnya, pemkab juga harus berani mengeluarkan modal,” ungkap aktivis asal Cisarua, Chaidir Rusli. Senada dengannya, aktivis Puncak Dodi Ahdisuhada menilai lemah dan lambatnya pembangunan dan penataan di kawasan Puncak, bukti Pemkab Bogor tidak serius mengembangkan Puncak. ”Lihat saja masalah PKL, sampai kini solusi membuat rest area belum terwujud. Penataan kawasan resapan air belum juga terlaksana,” kata pria yang juga menjabat Wakil Ketua Gerakan Nasional Anti Narkotika (Granat). “Pemkab Bogor seolah tidak peduli, lihat saja Puncak sekarang dengan Puncak 30 tahun lalu, sangat berbeda. Sekarang Puncak terkesan kumuh dan kurang penataan. Kalau membangun hanya mengandalkan APBD, jelaslah keteter. Tapi ada baiknya apabila pemkab duduk bareng para pelaku usaha. Saya yakin apabila semua bersinergi, maka pembangunan akan cepat,” paparnya. (ash/b/suf/dit)