CISARUA - Menurut data Forest Watch Indonesia (FWI) selama tahun 2000 sampai 2016 sepanjang DAS (Daerah Aliran Sungai) Ciliwung telah kehilangan hutan seluas 5,7 ribu hektar. Pengkampanye FWI, Anggi Putra Prayoga mengatakan bahwa risetnya itu merupakan hasil temuan setelah adanya dugaan alih fungsi hutan yang dikeluarkan oleh Kementrian Kehutanan.
"Teknisnya kita overlay dengan tutupan hutan di tahun 2000 sampai 2016 ada dugaan alih fungsi kawasan yang dikeluarkan oleh Menteri Kehutanan ternyata hasil temuaannya adalah dari tahun 2000 sampai tahun 2016 itu, DAS Ciliwung, keseluruhan DAS itu kehilangan hutan 5700 hektar," ujar Anggi.
Anggi menjelaskan terkait analisis alih fungsi hutan tersebut pertama-pertama dipisahkan antara hutan dan bukan hutan. Kemudian dapat ditemukan bahwa hutan seluas 5.700 hektar tersebut telah beralih fungsi menjadi bukan hutan dan dimanfaatkan oleh oknum menjadi bentuk yang lain.
"Yang (menjadi) bukan hutan ini dikuasai oleh beberapa oknum, pertama pembiaran dengan tidak adanya pengawasan dari pemangku kawasan, dicoba dikuasai dimanfaatkan oleh oknum kemudian dikonversi menjadi lahan pertanian, vila dan bangunan, macem-macem," ujar Anggi. Ia juga sangat menyayangkan bahwa kawasan hutan bisa hilang begitu luas dan beralih fungsi karena menurutnya saat ini sepanjang DAS Ciliwung pun hanya menyimpan 3,4 ribu hektar hutan alam atau 8,9 persen daro total DAS Ciliwung padahal angka minimalnya adalah 30 persen.
Ia berharap kawasan tersebut bisa dikembalikan ke sebelumnya namun perlu kerjasama dari berbagai pihak seperti LSM, pemerintahan, kelompok masyarakat dan juga private sektor. "Sebetulnya itu pintu masuknya dari mana kok bisa 5700 hektar itu terjadi kehilangan hutan, pintu masuknya adalah lemahnya pengawasan dari pemangku kawasan. Harapannya satu dari kita, FWI ingin hutankan kembali di kawasan Puncaknya dan itu memang tidak bisa sendirian," ungkapnya.
(tib/suf)