bogor-selatan

Imigran Gelap asal Irak Fasih Bahasa Sunda

Kamis, 13 September 2018 | 09:42 WIB

METROPOLITAN – Puncak sebagai daerah yang banyak ditempati imigran men­jadi persoalan tersendiri bagi masy­arakat. Kultur budaya yang berbeda sempat menjadi perbincangan hang­at di kalangan warga sekitar. Bagai­mana tidak, kebiasaan yang mereka bawa sangat timpang dengan kearifan lokal. Menurut warga sekitar, imigran tak segan berteriak di malam buta atau kerap bertengkar dengan sesama. Ada pula imigran yang sudah berbaur dengan masyarakat Puncak. Sebut saja Jalal yang tinggal di Kampung Babakan, Desa Tugu Utara. Anak be­rumur 10 tahun imigran asal Irak itu fasih berbahasa Sunda dan beraktivi­tas layaknya masyarakat Puncak. Ber­main bola sampai mengaji dengan anak-anak sekitar. ”Leuwih betah di Indonesia dari­pada di Irak. Lamun dititah balik ka Irak, jigana moal daek. (lebih betah di Indonesia, kalau disuruh pulang ke Irak kayaknya nggak mau, red),” ung­kap Jalal. Jalal mengaku sudah datang sejak usia 5 tahun bersama kakek-nenek dan ka­kak perempuannya. Sementara kedua orang tuanya masih menetap di Irak. Kini Jalal menguasai empat bahasa, yakni bahasa Irak, Indonesia, Inggris dan Sunda. ”Indung urang sok nelepon nitah sakola jeung ngaji. (Ibu saya suka nelepon menyuruh sekolah dan menga­ji, red),” katanya. Meski begitu, Jalal kerap mendapat diskriminasi dari teman-teman se­permainannya. ”Mungkin karena dia dianggap masih orang asing, sehing­ga terkadang ada penekanan dari teman-temannya,” ungkap warga Babakan, Rudi. Menurut dia, Jalal lebih seperti pen­duduk lokal ketimbang imigran. Mu­lai dari cara dia bicara sampai adat dan kebiasaannya. Bahkan, nasi sudah menjadi kebiasaannya. ”Kalau imigran yang lain kan makanan pokoknya roti, tapi dia lebih senang makan nasi,” jelasnya. (ash/b/suf/py)

Tags

Terkini

PTPN 1 Regional 2 Pasang 6 Plang di Lahan Ilegal Puncak

Jumat, 13 September 2024 | 18:48 WIB