METROPOLITAN - Berawal dari kampung suram di awal 2000-an, Cibulao sekarang telah banyak berubah. Selain lebih hijau, kampung di hulu Sungai Ciliwung, pinggir hutan lindung Puncak, Cisarua, Kabupaten Bogor itu sekarang menjadi penghasil kopi robusta ternama. Pada 2016, kopi dari Cibulao meraih Kontes Kopi Spesialiti Indonesia. Keberadaan kopi Cibulao ini tak dapat dipisahkan dari sosok Kiryono (39). Awalnya, Kiryono merasa miris melihat kampungnya yang semakin krisis tanaman hingga berakibat pada ancaman longsor. Kondisi itu memantik tekadnya mencari lahan agar bisa ditanami bibit pohon. “Waktu itu saya nggak punya modal beli bibit, selama dua tahun bolak-balik saja masuk hutan mencari bibit tanaman,” kenang buruh petik teh di Perkebunan Teh PT Ciliwung itu. Sampai akhirnya ia mencoba menanam kopi, meski miskin pengalaman. Bibitnya dari pohon kopi tua yang dijumpai di hutan. Bersama ayah, paman dan adiknya, dia kemudian membibitkan dan menanam ratusan bibit kopi. Kopi ditanam tanpa unsur pupuk kimia. Mereka pun memilih pupuk kandang dan kompos. Rupanya kegigihannya itu sampai ke telinga Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W) Institut Pertanian Bogor. Singkat cerita, Yono-sapaannya pun mendapat bantuan. Berkat kerja sama Yono dan P4W, akhirnya bibit kopi yang semula tak membuahkan hasil tumbuh subur di ketinggian sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut (mdpl). (*/feb/py)