bogor-selatan

Tiga Bulan Kulit Melepuh, Mak Jaen tak Bisa Berobat

Selasa, 1 Maret 2022 | 13:01 WIB

METROPOLITAN - Mak Jaen, wanita paruh baya be­rusia 50 tahun warga Kampung Pasirkalong, RT 14/04, Desa Antajaya, Kecamatan Tanjung­sari, Kabupaten Bogor, men­derita penyakit kulit melepuh di sekujur tubuh. Namun, sampai saat ini belum didi­agnosis dokter lantaran tidak memeriksakan diri ke rumah sakit atau puskesmas terdekat. Penyakit yang sudah dide­ritanya sejak tiga bulan lalu itu diawali rasa gatal yang luar biasa di bagian lengan. Oleh keluarganya, Mak Jaen lantas dibawa ke dokter prak­tik terdekat untuk mendapat­kan pengobatan. Setelah di­periksa dan diberi obat, pihak keluarga tidak diberikan di­diagnosis apa pun oleh dok­ter praktik tersebut. Setibanya di rumah pang­gung milik keluarga Mak Jaen, obat yang diberikan dokter tadi lantas dikonsumsi dengan harapan dapat mengurangi rasa gatal yang dideritanya. Namun, bukannya sembuh, kulit sekujur tubuh Mak Jaen malah melepuh seperti ter­kena luka terbakar. Lantaran tidak dilanjutkan pemeriksaan ke klinik atau puskesmas, penyakit kulit yang diderita Mak Jaen ini semakin menjalar hampir di sekujur tubuh. Setelah melepuh, ben­jolan berisi cairan itu dalam beberapa waktu pecah dan membuat bekas luka men­jadi lembap dan mengeluar­kan bau kurang sedap. Kulit yang melepuh dan su­dah pecah itu terparah di bagian punggung sampai pinggang Mak Jaen. Akibatnya, saat memakai pakaian, sela­lu basah karena lendir yang dikeluarkan dari kulit yang sudah pecah itu. Bahkan, un­tuk tidur saja, kasur yang di­gunakan Mak Jaen ini harus dialasi daun pisang agar tidak membuat kasur basah. Meski penyakit yang dide­rita Mak Jaen sudah semakin parah, pihak Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor belum meninjau kondisi Mak Jaen agar dapat penanganan lebih lanjut. ”Kalau dari Din­kes belum ada yang datang,” singkat Mak Jaen kepada Met­ropolitan, kemarin. Namun, ia tidak mau dirawat di rumah sakit dengan alasan tidak ada biaya. Bahkan, jika akhirnya harus dibawa ke rumah sakit, Mak Jaen menga­ku bingung dengan biaya untuk keluarganya yang menunggu nanti. ”Saya nggak mau dirawat soalnya nggak punya uang. Apalagi nanti kalau sampai dirawat kan untuk yang nung­gu, saya juga harus pakai bi­aya. Selain untuk makannya juga untuk biaya transpor­tasi,” ungkapnya. Sementara itu, dalam kun­jungannya ke rumah Mak Jaen, anggota Komisi III DPRD Ka­bupaten Bogor Achmad Fa­honi mengatakan bahwa kelu­han yang dilontarkan keluarga Mak Jaen selain belum adanya dinas terkait yang datang, pun dengan masalah biaya. ”Setelah saya berkunjung untuk menjenguk Mak Jaen ini, saya sangat prihatin dengan kondisi Mak Jaen yang men­galami penyakit kulit yang sudah cukup parah. Namun, keluarga Mak Jaen enggan membawanya ke rumah sakit karena terbentur biaya. Me­mang kondisi ekonomi kelu­arga Mak Jaen juga cukup memprihatinkan,” ungkapnya. Politisi PKS itu mengaku pi­haknya siap membantu se­gala keperluan Mak Jaen untuk menjalani perawatan di rumah sakit dan akan membuatkan BPJS PBI. Sementara akan menggunakan Jamkesda untuk bisa langsung dirawat. ”Karena dari kemarin kita cuma komunikasi dari jauh, dan hari ini saya sengaja da­tang untuk mengecek langs­ung. Yang paling utama yang saya ingin cek, di samping urusan penyakitnya, urusan pelayanan dari puskesmas terdekat. Saya juga akan mem­bantu Mak Jaen sampai sem­buh dirawat. Masalah urusan biaya perawatan akan meng­gunakan BPJS PBI. Selanjut­nya urusan biaya yang menunggu, biarkan kita bantu bersama-sama,” pung­kasnya. (gus/jis/els/run)

Tags

Terkini

PTPN 1 Regional 2 Pasang 6 Plang di Lahan Ilegal Puncak

Jumat, 13 September 2024 | 18:48 WIB