METROPOLITAN - Banyaknya lahan di kawasan Puncak milik Perhutani membuat Kepala Camat Cisarua Ivan Pramudia angkat bicara. Sebab, sejumlah lahan akan dipinjam untuk pengelolaan sampah. Yang metodenya masih dalam pembahasan. Ivan Pramudia memaparkan, metode ini bisa diterapkan dalam pengelolaan sampah di tempat wisata Taman Safari Indonesia (TSI) yang saat ini sedang mengembangkan sampah tersebut. ”Jadi masalah sampah di Puncak ini bisa teratasi. Selain itu, para pegiat lingkungan ikut berperan aktif dalam persoalan sampah di Cisarua, Puncak, ini,” kata Ivan. Ivan mengatakan, pengelolaan sampah di desa-desa secara mandiri harus bersinergi dengan RT dan RW. Sebab, dibutuhkan untuk mengubah pola pikir masyarakat dan para pegiat agar sampah dikelola menjadi bernilai ekonomi. ”Di Puncak ini kan banyak vila, kenapa tidak dikelola. Sampah diambil pemilik vila, bayar. Itu kan bisa diajak kerja sama dengan wilayah, berkomitmen dengan pihak DLH,” ujarnya. Ia berharap persoalan di Puncak ini bisa terkendali mulai dari desa. Jika sudah berjalan dengan baik, mungkin wilayah lain bisa mengikuti contoh seperti di Cisarua ini. Selain itu, sepanjang Kali Cisarua juga banyak bangunan yang mendirikan di sempadan sungai. Salah seorang anggota Komunitas Pepeling, Maman Usman Rasyidi, menjelaskan permasalahan sampah itu sudah diatur dalam peraturan daerah (perda). Hal itu menjadi perhatian khusus pemerintah. “Kami dari komunitas Pepeling berharap bangunan sempadan tersebut ditertibkan. Karena dengan banyaknya bangunan, menjadi salah satu penyebab sampah. Tentunya menyalahi aturan,” tegasnya. (jal/c/els/run)