JONGGOL - Sejak dibubarkannya pengelola jembatan alternatif Cipamingkis, sempat sepi akhir Ramadan lalu. Di pintu masuk jembatan yang biasanya banyak pengelola, kini hanya nampak satu orang mengatur lalu lintas.
Dengan kata lain, pengelolaan kini diambil alih muspika Kecamatan Jonggol. “Sengaja kami ambil tindakan tegas dengan membubarkan pengelolaan.
Sebab, niatan pembangunan jembatan bambu telah bergeser mencari keuntungan,” ujar Camat Jonggol, Beben Suhendar.
Menurutnya, keuntungan warga dari jembatan pada akhirnya mengakibatkan pergeseran pemahaman tentang pengelolaan. Yang seharusnya jembatan berfungsi sosial, kini justru menjadi perofit.
“Imagenya jadi buruk. Ada pungli di Jonggol yang terkesan dibiarkan. Padahal, yang kami tau fungsinya untuk membantu masyarakat,” terangnya.
ementara itu Kapolsek Jonggol, Kompol Agus Supriyanto menerengkan, polisi akan membuat rambu penunjuk arah di sepanjang jalur tersebut.
Sehingga, tampa ada pengelola, para pengendara dapat dengan mudah mengambil jalan pintas guna menghindari jembatan alternatif Cipamingkis.
“Rambu dilindungi undang-undang. Jika ada yang berani menghilangkan atau merubah rambu akan berhadapan dengan hukum,” tegasnya. Upaya tegas itu, kata Agus, diambil untuk memberantas adanya dugaan praktek pungli di jembatan tersebut.
Meski telah dipertegas, namun umumnya warga yang mengatasnamakan pengelola jembatan tetap saja mengutip uang dari pengendara. “Jika dibiarkan, kami khawatir terjadi pungli sesungguhnya,” terangnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, tahun ini jalur Jonggol tidak dipakai sebagai jalur alternatif mudik, karena putusnya Jembatan Cipamingkis yang menghubungkan Jonggol dengan Cariu.
Dengan putusnya jembatan Cipamingkis, jalur arternatif diarahkan ke Cibarusah. Sementara yang menuju Cariu diarahkan melalui jalan Rawabogo, Desa Weninggalih.
(yok)