CITEUREUP - Keterbatasan fisik tidak membuat Muhamad Jafar (41) warga Kampung Babakan, RT 02/02, Desa Tarikolot, Kecamatan Citeureup, menyerah. Kondisi itu sudah dialaminya sejak usia dua tahun. “Kedua kaki saya kecil karena tidak mengalami pertumbuhan yang normal.
Tetapi itu semua bukan menjadi rintangan untuk saya bekerja dan mencari nafkah. Saya punya tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan istri dan anak saya," ujarnya kepada Metropolitan, kemarin.
Walaupun penuh cobaan, ia harus tetap bersyukur. Tidak pernah ada rasa minder, yang ada bagaimana caranya dapat bertahan hidup dan menghidupi keluarga. “Saya mendapat ujian kembali dari Allah, di 2013 mata sebelah kiri saya terkena infeksi sehingga saya hanya dapat melihat dengan mata sebelah kanan. Akibat infeksi, bola mata sebelah kiri saya diangkat dan diganti dengan bola mata palsu,” tuturnya.
Ia mengaku bekerja apa saja, mulai dari menjahit, mengurut dan memangkas rambut. Semua itu ia kerjakan demi keluarga. Saat ini ia sibuk dengan pesanan menjahitnya yang ia kerjakan dengan satu mata. Namun, hasilnya tidak kalah dengan orang normal. “Saya sangat membutuhkan perhatian dari pemerintah, selama ini tidak ada bantuan dalam bentuk apapun yang saya terima,” ungkapnya.
Ia mengaku mendengar di luar sana banyak bantuan datang dari pemerintah, diberikan kepada orang seperti dirinya ini. Ia hanya dibantu saat operasi mata saja. “Jikalau bisa meminta saya minta bantuan modal usaha,” harapnya.
Di tempat terpisah Ismet Tokoh Pemuda setempat mengatakan bahwa Jafar itu salah satu sosok pribadi yang ulet dan pekeja keras, pantang baginya meminta belas kasih atau mengemis. Selain itu
ia taat beribadah. “Seharusnya orang seperti Pak Jafar diberikan bantuan dan perhatian yang lebih dari pemerintah, yang saya ketahui sampai saat ini tidak ada perhatian dari pemerintah baik desa ataupun pusat. Kasihan sekali dia,” pungkasnya.
Pantauan Metropolitan, dengan keterbatasan fisik, Jafar tetap bekerja sambil berharap perhatian dari pemerintah. Beruntung, saat ini ia tidak mengontrak. Ia menempati rumah peninggalan orang tuanya.
(din/b/sal/run)