Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BP2SDM) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) terus mendorong Kelompok Tani Hutan (KTH) tetap bekerja secara produktif, walau wabah virus corona sedang merebak PARA petani hutan tetap melakukan kegiatan tumpangsari yang memadukan tanaman kehutanan, tanaman MPTS, tanaman sela (sereh wangi) serta budidaya tanaman di bawah tegakan berupa jagung, kacang tanah, umbi-umbian dan empon-empon. Selain pelatihan kepada aparatur dan nonaparatur, BDLHK Bogor juga peduli terhadap masyarakat sekitar melalui kegiatan yang melibatkan masyarakat dalam pengelolaan Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Hutan Diklat Rumpin. “Jadi, mereka tetap bekerja produktif dengan waspada mengikuti kebijakan dan arahan pemerintah,” terang Kepala BP2SDM KLHK, Helmi Basalamah. Helmi mengungkapkan, kepedulian ini digambarkan dengan kegiatan pemberdayaan masyakat melalui pembentukan KTH mitra BDLHK Bogor yaitu KTH Babakan Setu beranggotakan 25 orang, KTH Lio Maju 24 orang, KTH Lebak Sawo 25 orang dan KTH Barokah Hijau 45 orang. Keempat KTH ini didampingi 2 penyuluh kehutanan dan 3 tenaga bakti rimbawan. Walaupun areal KHDTK yang dimanfaatkan tidak begitu luas dan KTH baru berusia 1 tahun, tetap mampu menghasilkan atau panen kacang tanah sebanyak 8,5 ton, atau sekitar 4 - 4,5 ton/panen hasil 1 kali panen per 4 bulan. “Kacang tanah dihargai pedagang Rp8.000– Rp10.000/kg, sehingga bisa menghasilkan Rp32 juta – Rp45 juta per panen,” tuturnya. Untuk sereh wangi, tambah dia, sudah ada perusahaan yang menampung dengan pola mitra, di mana bibit sereh disediakan perusahaan. Panen sereh wangi menghasilkan 6 ton atau sekitar 3-4,5 ton/panen (1 kali panen per 3 bulan) dengan harga jual Rp500/kg menghasilkan Rp1,5 juta - Rp2,25 juta/panen. Belum lagi hasil panen pisang, jagung, umbi-umbian, lalap-lalapan, kunyit, jahe, lengkuas dan tanaman pangan lain yang menjadi sumber sebagian nutrisi (karbohidrat, protein, vitamin dan mineral) keluarga petani, dalam memenuhi kebutuhan pangan, terutama selama wabah virus Covid-19. “Dengan pelibatan masyarakat, pengelolaan Hutan Diklat Rumpin melalui konsep Leuweung Hejo Masyarakat Ngejo dapat terwujud. Hutan Diklat menjadi terjaga dari pengrusakan dan penyerobotan lahan,” pungkasnya. (tru/els/py)