METROPOLITAN - Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengizinkan transportasi kembali beroperasi, namun masyarakat tetap dilarang mudik. Penyekatan pemudik pun masih diterapkan di setiap titik pengamanan. Salah satunya seperti yang terlihat di Pos Pengamanan Operasi Ketupat di Jonggol, Kabupaten Bogor. Ya, Jalan Raya Jonggol memang terkenal sebagai jalur alternatif pemudik yang ingin melakukan perjalanan ke Cianjur hingga Bandung. Pantauan Metropolitan, sejumlah petugas berjaga-jaga melakukan penyekatan apabila ada masyarakat yang nekat mudik. Terlihat petugas beberapa kali memberhentikan kendaraan pribadi roda empat hingga mobil jenis elf milik PO Hiba Utama dengan tujuan Cianjur. Meski begitu, petugas belum menemukan warga yang nekat mudik melalui Jalan Raya Jonggol. Kapolsek Jonggol, AKP Agus Hidayat, mengatakan, pengendara yang nekat mudik melalui jalur Jalan Raya Jonggol ini belum terlihat signifikan. ”Belum signifikan sih saat ini. Paling kayaknya seminggu sebelum Lebaran,” katanya. Menurutnya, angkutan yang membawa pemudik melalui jalur Jalan Raya Jonggol ini biasanya tipe mobil elf dengan tujuan Cianjur. ”Biasanya yang lewat sini itu elf tujuan Cianjur, tapi belum signifikan sih. Kalau ada (pemudik, red) kita berhentikan, kita suruh putar balik,” katanya. Sebelumnya, seminggu lalu rombongan tukang cukur yang hendak pulang ke Garut terpaksa putar balik lantaran terkena razia di jalur check point Jonggol. Lima orang yang memiliki usaha pangkas rambut di Cileungsi, Kabupaten Bogor dan Bekasi ini gagal mudik. ”Kalau memang dilarang, ya saya balik lagi saja,” kata salah satu tukang cukur, Hasan. Ia dan teman-temannya di Bekasi menduga jalur alternatif Jonggol bebas dari penjagaan petugas. Karena itu, ia pergi mudik dengan mobil sewaan. ”Dikira di sini nggak ada pos pemeriksaan. Kalau lewat tol kan jelas ada, makanya lewat sini,” terangnya. Sejak virus corona mewabah, ditambah adanya penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBBB) di Bogor, ia memilih menutup usahanya. Selain sepi pelanggan, juga berisiko terjadinya penularan Covid-19. ”Daripada nggak ada pekerjaan lagi, akhirnya sama teman berinisiatif pulang kampung,” pungkasnya. (ayb/lip/els/py)