Sejumlah mantan demonstran mahasiswa mendeklarasikan berdirinya Simpul Indonesia (SI) di Gununggeulis, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, belum lama ini. Perkumpulan ini mengusung kemandirian ekonomi politik dan hukum. SALAH satu Presidium Simpul Indonesia, Azwar Muhammad, mengatakan, pendirian Simpul Indonesia dilandasi semangat bersama mantan demonstran mahasiswa yang kini menjadi penggerak ekonomi di berbagai sektor kehidupan, panggung politik dan hukum untuk berkontribusi positif dalam melakukan perbaikan kondisi kehidupan bangsa. Sementara itu, presidium lainnya, Sahrul Effendi Dasopang, mengatakan, perkumpulan ini berdiri karena menginginkan regenerasi kepemimpinan berkelanjutan yang tetap akomodatif pada aspirasi masyarakat dari seluruh elemen kebangsaan. Regenerasi kepemimpinan menjadi isu yang tak dapat dihindari sebagai sebuah realitas kehidupan masyarakat. ”Isu politik tidak bisa dihindari khususnya soal regenerasi kepemimpinan. Namun isu politik bukan menjadi fokus kami di SI. Kami justru fokus mempromosikan para pelaku usaha di berbagai bidang dari seluruh Indonesia. Di wilayah timur ada banyak mantan demonstran dari unsur mahasiswa yang kini berbisnis dengan keahlian dan jaringan pasarnya masing-masing. Ini yang kami satukan karena telah menjadi simpul tersendiri,” tutur Sahrul. Presidium SI lainnya, Nurul Atiq Tadjudin, menegaskan, pelaku dan penggerak nadi kehidupan baik ekonomi, politik dan hukum yang telah memiliki simpul tersebut kini disimpulkan menjadi satu simpul yakni SI. ”Simpul-simpul itu selama ini berserakan, meski tetap menjaga jalinan silaturahmi baik secara pribadi maupun lewat organisasi profesi dan asosiasi usaha. Untuk itu, kami merajut simpul-simpul tersebut menjadi SI dengan moto berat sama dipikul, ringan sama dijinjing, jaya bersama-sama,” tegas Atiq. Mantan Demonstran Jakarta, Herry Setiawan, mengatakan, simpul-simpul di seluruh Indonesia telah solid menyatakan tekad mendorong seluruh potensi mantan demonstran mahasiswa masuk ke elemen eksekutif, yudikatif, legislatif dan penggerak ekonomi lainnya untuk bahu-membahu menuju masyarakat yang diridhai Allah SWT. ”Masyarakat yang diridhai Allah SWT adalah suatu tatanan masyarakat yang dilandasi nilai-nilai kehidupan Islam dalam berbagai bidang kehidupan, seperti masyarakat Madinah yang sudah pernah didirikan Rasulullah SAW,” tandasnya. (akr/els/py)