Berada di perbatasan Kota Depok dan Kota Bogor, warga Desa Kalisuren, Kecamatan Tajurhalang, Kabupaten Bogor, masih kesulitan mendapat bahan bakar. Melihat kebutuhan warga akan BBM dengan kualitas, takaran dan harga yang sama seperti di SPBU, Pemerintah Desa (Pemdes) Kalisuren mengajukan pendirian Pertashop kepada Pertamina. SALAH seorang warga, Indra, menyebut Jalan Desa Kalisuren sepanjang 11 kilometer yang menghubungkan Bojonggede, Parung dan Depok itu sudah dua tahun dibeton melalui kucuran dana desa. “SPBU terdekat di Jalan Raya Parung lebih dari 10 kilometer atau mengarah ke jalan pemda berjarak 15 kilometer. Sepanjang jalan hanya banyak ditemui penjual BBM eceran,” kata Indra, kemarin. Kebutuhan bahan bakar sangat krusial bagi Indra sebagai pembudidaya ikan hias. Selain bahan bakar untuk kendaraan, juga digunakan untuk menghidupkan mesin kompresor angin. Meski cukup membantu, keberadaan penjual BBM eceran tak bisa memuaskan seluruh masyarakat. Di antara mereka ada juga yang ingin membeli BBM jenis Pertamax, dengan harga dan takaran sama seperti yang dijual di SPBU. Pasalnya, jenis BBM yang dijual pedagang eceran hanya berupa Pertalite. Tak hanya soal jenis BBM, warga lainnya, Makmur, juga kesulitan menentukan takaran saat harus membeli BBM di pedagang eceran. Mereka harus membeli Pertalite secara utuh, yang dijual dalam kemasan botol. Satu botol berisi kurang lebih satu liter Pertalite, dengan harga Rp10.000 per liter. “Yang menyulitkan itu, ketika ingin beli Rp15.000 atau Rp23.000. Kan nggak bisa. Harus seliter-seliter,” tambah Makmur. Kepala Desa Kalisuren Odih Iyas mengatakan, pengajuan pendirian Pertashop itu dikabulkan dan menempati lahan yang disediakan pemerintah desa setempat pada Juli 2020. Odih melihat lahan yang digunakan Pertashop masih tersisa sekitar 500 meter lebih. Odih pun menyulap lahan kosong menjadi rumah makan, dan menempatkan empat tenan usaha kecil UMKM binaan desa berdampingan dengan Petrashop Kalisuren. “Saya kalau lihat SPBU di tol rasanya nyaman. Saya juga ingin menciptakan hal itu, setidaknya para pengendara yang mampir isi bahan bakar bisa rehat sejenak,” kata Odih. Hanya ada Pertamax yang tersedia di Pertashop, yang dijual dengan harga Rp9.000 per liter. Harga tersebut sama dengan yang berlaku di SPBU. Pada pedagang BBM eceran pun tidak merasa tersaingi karena Pertashop menjual Pertamax. Untuk saat ini, lanjut Odih, pengelolaan Pertashop masih dilakukan pihak Pertamina. Namun, ke depan, Pertashop akan dikelola pihak desa. Pertashop Kalisuren membuka layanannya setiap hari mulai pukul 06:00-20:00 WIB. Ia menyebut penjualan Pertamax di Pertashop yang memiliki kapasitas 3.000 liter tersebut rata-rata mencapai 400 liter per hari. “Pertashop Kalisuren pun menjadi unit percontohan dari sisi konsep dan penjualan,” katanya. Unit Manager Communication Relations & CSR MOR III, PT Pertamina Eko Kristiawan mengatakan, selain di Kalisuren, ada tiga Pertashop lainnya di Kabupaten Bogor. Untuk di Jawa Barat sampai saat ini sudah beroperasi 31 Pertashop. Sedangkan untuk area DKI, Jawa Barat dan Banten sudah beroperasi 44 unit Petrashop. Eko mengatakan, di masa pandemi seperti ini di mana pergerakan orang dibatasi, keberadaan Pertashop menjadi satu pilihan agar masyarakat bisa terlayani dengan mudah. “Bisa dilihat juga dengan adanya Pertashop masyarakat tidak perlu pergi jauh dari rumah untuk mendapatkan produk Pertamina baik itu BBM, Pelumas dan Bright Gas,” tandas Eko. (bs/els/run)