METROPOLITAN - Tebing Penahan Tanah (TPT) yang dibangun Pemerintah Desa Wargajaya, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor, lewat program Satu Miliar Satu Desa (Samisade), rusak dihantam longsor, kemarin. Meski begitu, Kepala Desa (Kades) Wargajaya Ooy Tamami menyebut hal itu sebagai musibah. Bahkan, Ooy Tamami menyamakannya dengan umur atau takdir seseorang. Menurutnya, robohnya TPT tersebut akibat bencana alam dan tak bisa dipungkiri. Apa pun bisa terjadi, termasuk almarhum Ulung, mantan kades Pabuaran, Kecamatan Sukamakmur, itu meninggal tidak disangka seperti halnya proyek TPT yang ambruk. ”Karena itu bukan disengaja. Apa pun bisa terjadi. Umur saja siapa yang tahu. Contoh Haji Ulung, meninggal saja tidak bisa ditahan karena kuasa Allah SWT,” katanya, belum lama ini. Sementara itu, salah seorang anggota Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Jaya mengatakan, dengan ketinggian TPT tersebut, seharusnya terlebih dahulu memakai beronjong yang kemungkinan akan lebih kokoh untuk menahan tanah. ”Seharusnya pada saat pengerjaan TPT memakai beronjong agar lebih kokoh dan tidak bergeser atau ambruk ketika ada pergeseran tanah,” ujarnya. Ia juga mengkritik, bahwa sebagai seorang kades, tidak seharusnya berkata demikian. Sebab, Ooy Tamami cukup berpengalaman sebagai kades. Bahkan, ia adalah ketua Asosiasi Pemerintahan Desa Seluruh Indonesia (Apdesi) Sukamakmur, yang secara teknis harus bisa menjabarkan kepada awak media. ”Betul, secara teknis kesalahan perencanaan. Ya jawabannya harus teknis juga. Jangan sangkut pautkan dengan takdir. Itu kan menurut saya hanya kesalahan teknis, ya jawab saja secara teknis kepada awak media,” pungkasnya. (jis/els/run)