METROPOLITAN - Empat Ruang Kegiatan Belajar (RKB) SDN 04 Tlajungudik di Desa Tlajungudik, Kecamatan Gunungputri, Kabupaten Bogor, rusak parah. Padahal, bangunan tersebut baru dikerjakan pada 2019. ”Bangunan ini dibangun pada Agustus 2019 dan selesai Desember. Enam bulan pascaserah terima, bangunan mulai rembes. Memang itu langsung ditanggapi kontraktornya. Tapi cuma sekadar dipoles-poles. Walaupun sudah dipoles, tetap masih rembes,” kata Kepala SDN 04 Tlajungudik, Sri Karyawati, kemarin. Saat hujan tiba, sambung Sri, bocornya semakin parah. Sebab, air menggenang di atas dak bangunan. Jika dibiarkan, ia khawatir ambruk. Terlebih besi kalau kehujanan dan keanginan. Menurutnya, rembesnya bangunan sudah dilaporkan ke Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Bogor, baik secara tertulis maupun lisan. Disdik pun sudah melihat langsung kondisi sekolahnya. Sri berharap kunjungan anggota DPRD Kabupaten Bogor, Achmad Fathoni, bisa mempercepat perbaikan sekolah. Sebab, murid SDN 04 Tlajungudik banyak namun kekurangan ruang kelas. ”Senang bisa rehab, tapi agak kecewa dengan hasilnya, mengingat usia bangunannya baru menginjak dua tahun, tapi dak betonnya rembes dan bocor. Ditambah kita memang kekurangan ruang kelas. Idealnya, dengan jumlah murid mencapai 500 orang, seharusnya kita punya 10 ruang kelas minimal, tapi ini hanya 6 dan yang 3 bocor rembes,” bebernya. Ia berharap tahun ini bangunan yang rembes maupun kelas yang kurang bisa terealisasi agar kegiatan belajar mengajar menjadi nyaman. Apalagi, sekarang sudah memasuki tahap Pembelajaran Tatap Muka. Sementara itu, anggota Komisi III DPRD Kabupaten Bogor, Achmad Fathoni, mengatakan, kondisi seperti ini jika dibiarkan akan berbahaya karena semakin rusak parah, kemudian tidak bisa digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Sementara kebutuhan kelasnya pun tidak mencukupi. ”Kalau spek pakai perencanaan, meski benar kan. Cuma pengerjaannya kita nggak tahu. Nah, pengerjaan nggak bener ini kan efeknya seperti di SDN 04 Tlajungudik, masa sudah bocor itu kan aneh,” bebernya. Politisi PKS itu menambahkan, bangunan yang baru berdiri dua tahun itu menjadi bukti nyata pengerjaan yang tidak diawasi dengan benar. Akibatnya jadi pemborosan anggaran pemerintah. ”Persoalan ini kan struktur beton, kalau secara finishing bisa dirapikan jadi kelihatannya bagus, tapi dalamnya kan kita tidak tahu. Itu hanya bisa dimonitor selama pengerjaan, besinya benar nggak, campuran pasir dan semen benar nggak. Kalau itu di dalam nggak mungkin pakai readymix. Kalau pakai readymix bisa dicek dan bisa dirunut beli dari mana dan speknya seperti apa. Sedangkan ini ngaduk sendiri pasti dan itu nggak bisa dicek sesuai RAB atau tidak,” tegasnya. Ia merasa heran mana mungkin usia bangunan dua tahun sudah rusak parah seperti itu. Sedangkan usia bangunan biasanya puluhan tahun. Ini harus segera ada tindakan secepatnya. Di satu sisi kalau dibiarkan bangunan tersebut tidak akan terpakai dan dikhawatirkan ambruk. Tak hanya itu, ia juga mengaku sudah memanggil Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Bogor. ”Cuma kita nggak tahu dinas ini apakah sudah menyampaikan apa adanya atau gimana. Yang jelas ini harus dievaluasi speknya ataupun pekerjaannya,” katanya. Sekadar diketahui, bangunan SDN 04 Tlajungudik pada 2019 itu dikerjakan PT Fachry Lavoro dengan anggaran Rp688.283.400,00 yang bersumber dari APBD Kabupaten Bogor. (jis/els/py)