METROPOLITAN.ID - Film animasi Merah Putih One For All kembali menjadi sorotan publik. Setelah sebelumnya menuai kritik terkait kualitas visual yang diklaim sebagai karya anak bangsa, kini warganet menemukan dugaan baru yang tak kalah mengejutkan.
Netizen menduga karakter dalam film animasi Merah Putih One For All diduga hasil jiplakan dari aset animasi buatan orang lain.
Isu ini mencuat setelah sebuah unggahan di media sosial mengungkap bahwa desain tokoh dalam film tersebut memiliki kemiripan dengan model karakter yang dijual di situs penyedia layanan animasi internasional.
Akun bernama Froos***** menjadi salah satu yang pertama membagikan temuan ini. Dalam unggahannya yang dikutip pada Minggu, 10 Agustus 2025, ia menulis "masih terkait Merah Putih One for All, ternyata mereka banyak yang ngambil (modif) model dari reallusion," tulis akun Froos*****.
Baca Juga: Budget Merah Putih One For All Berapa? Ramai Disebut Tembus Rp100 Miliar, Kalahkan Film Jumbo
Reallusion sendiri dikenal sebagai platform yang menyediakan software dan aset animasi 3D, yang bisa dibeli atau digunakan dengan lisensi tertentu.
Temuan ini membuat netizen mempertanyakan orisinalitas dan integritas produksi film yang digadang-gadang tayang di layar lebar. Dalam unggahan yang sama, sang akun juga menyelipkan kritik pedas.
"Bruh, untuk animasi yang tayang di layar lebar, jadiin aset orang buat karakter penting itu kek gimana gitu," tambahnya.
Pernyataan ini memicu gelombang komentar dari warganet lain. Banyak yang menilai, jika memang benar aset karakter diambil dari pihak ketiga tanpa kreativitas orisinal yang signifikan, maka klaim “100 persen karya anak bangsa” bisa dipertanyakan.
Tidak sedikit pula yang mengaitkan temuan ini dengan masalah etika dan profesionalisme dalam industri animasi.
Apalagi, film Merah Putih One For All dijadwalkan tayang perdana secara serentak di bioskop Indonesia pada 14 Agustus 2025, dengan harapan menjadi salah satu kebanggaan karya lokal.
Hingga kini, pihak produksi belum memberikan klarifikasi resmi terkait tudingan tersebut. Namun, perbincangan di media sosial terus memanas, dengan tagar dan komentar kritis bermunculan di berbagai platform.