Namun, rompi taktis seperti yang dikenakan Verrell umumnya bukan jenis pelindung fisik. Berdasarkan panduan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), perlengkapan tersebut lebih banyak digunakan untuk efisiensi logistik.
Sementara rompi antipeluru hanya digunakan dalam operasi bersenjata, bukan situasi bencana hidrometeorologi seperti banjir.
Baca Juga: Pecahkan Rekor! Baru Lima Hari Tayang, Agak Laen Menyala Pantiku Tembus 2,3 Juta Penonton
Perdebatan memuncak karena tampilan rompi yang dikenakan Verrell lebih mirip dengan atribut militer ketimbang rompi lapangan relawan, sehingga dianggap tidak sesuai dengan konteks kegiatan yang ia jalankan.
Terlepas dari polemik soal pakaian, Verrell melakukan sejumlah aktivitas kemanusiaan selama berada di daerah terkena dampak.
Ia tampak berdialog dengan warga, meninjau rumah yang rusak, berbicara dengan aparat pemerintah daerah, hingga ikut membantu membersihkan material lumpur di pemukiman penduduk.
Dalam keterangannya di Instagram, ia menegaskan bahwa kehadirannya bukan untuk pencitraan, tetapi sebagai bentuk empati langsung atas penderitaan korban banjir.
“Kepedulian adalah langkah awal dalam membangun kembali harapan,” tulisnya dalam unggahan tersebut.
Baca Juga: Pasar Otomotif 2026 Memanas! Ini Daftar SUV Listrik yang Siap Mengaspal Awal Tahun
Menurutnya, kunjungan hingga interaksi langsung dapat memberi dorongan moral bagi warga yang kehilangan keluarga, tempat tinggal, maupun mata pencaharian.
Banjir bandang yang melanda Sumatera Barat merupakan salah satu bencana dengan dampak paling besar dalam beberapa tahun terakhir.
Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ratusan korban jiwa serta ribuan penduduk terpaksa mengungsi akibat kerusakan di sejumlah kecamatan.
Selain menghancurkan rumah warga, banjir juga menutup akses jalan, merusak fasilitas umum, serta mengganggu distribusi bantuan. Kondisi ini menjadikan perhatian publik terhadap kunjungan pejabat, termasuk Verrell, semakin tinggi.