METROPOLITAN - Namun setelah aku melakukannya, aku tetap ditolak untuk mendaftar dan diminta untuk datang keesokan harinya. Aku terus memohon kepada petugas bank tersebut. Tapi tetap saja semuanya sia-sia. Fisik dan batinku begitu lelah. Aku pun bertanya berapa biaya persidangan yang perlu dibayarkan. Dan ternyata, nominalnya cukup membuatku tertegun. Oh Tuhan, dari mana aku harus mencari uang dengan nominal tersebut? Aku memberitahukan atasanku bahwa aku harus kembali izin keesokan harinya. Syukurlah, atasanku memberi izin bahkan menyemangatiku dan mengatakan semuanya akan baik-baik saja. Pada malam hari, tiba-tiba calon suamiku mengirimkan pesan LINE, memberitahukan bahwa dia telah mengirim uang padaku untuk biaya sidang.“Kak. Kok kamu ngirim uang sih? Ini kan bukan tanggung jawabmu,” tanyaku.“Udah pakai aja. Kamu kan nggak mungkin minta ke Ibu,” tanggapnya.“Kamu tau darimana aku nggak punya uang dan kebingungan soal biaya sidang?” tanyaku kembali.“Nggak tau. Feeling aku aja kok,” jawabnya. Aku langsung mengucapkan syukur tiada henti. Bersyukur bahwa ada yang peka membantu meski tidak diminta. Tuhan benar-benar tahu bahwa aku sangat lelah.Keesokan harinya, aku berangkat pagi-pagi untuk mendaftar sidang. Setelah mendaftar dan membayar biaya persidangan, aku diberi kabar bahwa surat sidang akan dikirim 2 minggu lagi ke rumah. Aku dan ibuku terus berdoa agar semuanya dapat berjalan lancar. Hingga kemudian surat yang ditunggu-tunggu itu datang, yang menyatakan bahwa aku harus datang pada tanggal yang ditentukan untuk melakukan sidang. (bersambung)