METROPOLITAN – Keberadaan angkutan online yang sering mangkal di shelter membuat Perusahaan Daerah Jasa Transportasi (PDJT) Kota Bogor mengalami kerugian. Bahkan, penghasilan perusahaan pelat merah tersebut tiga bulan terakhir ini mengalami penurunan sangat drastis hingga puluhan juta.
Walikota Bogor Bima Arya mengatakan, dirinya akan menyambangi Kantor Grab dan Uber untuk menanyakan mekanisme angkutan online tersebut beroperasi. Karena ketidak jelasan aturan angkutan online ini beroperasi, PDJT mengalami kerugian yang cukup drastis.
Terlebih sejumlah shelter yang menjadi tempat menunggu TransPakuan sering dijadikan tempat mengetem angkutan online tersebut. “Kemarin saya mendapatkan laporan bahwa PDJT tiga bulan terakhir ini mengalami kerugian karena banyak kendaraan onlie yang mengetem di shelter-shelter yang ada. Maka saya akan ke kantornya,” ujarnya kepada Metropolitan.
Keberadaan angkutan online ini, menurut Bima, memang sangat membantu masyarakat. Namun dari sisi lain, keberadaannya dapat merugikan sejumlah pengusaha transportasi. Sebab, sejumlah angkutan transportasi lain memiliki batas wilayah, tetapi angkutan online ini bisa masuk ke mana saja. “Sama juga keluhannya dengan angkot-angkot, karena keberadaan mereka ini menimbulkan kesemrawutan di shelter yang menjadi tempat ngetem. Saya juga akan meminta klarifikasi kejelasan mereka dan langkah apa yang akan diambil,” terangnya.
Jika memang tidak ada kebijakan dari pusatnya untuk mereka mengetem di shelter, maka menurut Bima, pihaknya tak segan akan melakukan tindakan. Selain itu, jalur operasi angkutan online ini pun tidak jelas ke mana saja. “Kalau saya keberatannya menggunakan shelter mengetem sembarangan, parkir sembarangan di dalam trotoar dan saya juga akan menampung keberatan sopir angkot yang lainnya karena keberadaan angkutan online ini,” paparnya.
Direktur Utama PDJT Kota Bogor Krisna Kuncahyo menjelaskan, pendapatannya mengalami penurunan selama tiga bulan terakhir. PDJT, kata dia, rugi hampir Rp90 juta. Sebab, saat ini banyak masyarakat yang memilih angkutan online. “Faktor lainnya karena mereka juga sering mangkal di shelter-shelter yang menjadi tempat kami mengambil penumpang,” katanya.
(mam/b/els/run)