METROPOLITAN – Setelah sempat ambruk dan memakan korban jiwa, tembok setinggi 3,2 meter di Kampung Sirnagalih, RT 01/11, Kelurahan Harjasari, Kecamatan Bogor Selatan, kembali ambruk. Tembok yang menjulang tinggi tersebut diketahui ambruk sekitar pukul 03:30 WIB, dini hari kemarin. Dengan kejadian itu, berarti sudah tiga kali tembok tersebut ambruk dan menutupi akses warga sekitar.
Warga Sirnagalih Hasanudin (43) mengatakan, ambruknya tembok tersebut akibat hujan deras yang mengguyur Kelurahan Harjasari sejak pukul 23:00 WIB. Saat kejadian tersebut, ia sedang tidur dan langsung terbangun ketika mendengar suara gemuruh. “Jam-jamnya sedang nyenyak tidur, tetapi terbangun karena mendangar suara keras seperti ledakan bom,” ujarnya kepada Metropolitan.
Tembok yang memagari lahan kosong seluas 3,3 hektare itu ambruk dengan panjang sekitar 27 meter. Ia menduga tembok kembali ambruk akibat dorongan air ketika mengarah ke tembok yang terbuat dari lapisan bata merah terserah ke tembok yang terbuat but. Warga pun sempat melarang pemilik lahan membangun tembok raksasa itu sebelum membuat saluran drainase yang baik. “Warga sempat bilang ke pemilik lahan, jangan dulu bangun tembok tinggi sebelum dibuat drainasenya,” terangnya.
Akibatnya, tembok tersebut ambruk lagi setelah sebelumnya telah mengalami kejadian serupa sebanyak dua kali. Bahkan pada kejadian yang kedua pada Maret 2016, sempat menelan korban jiwa. Korbannya merupakan gadis berusia 17 tahun yang saat itu sedang melintas dengan sepeda motor bersama ayahnya. “Tetapi beruntung ayahnya bisa diselamatkan. Lokasi kejadiannya hanya berjarak beberapa meter dari tembok yang ambruk sekarang,” paparnya.
Sementara itu, Camat Bogor Selatan Sujatmiko Baliarto mengaku sudah menerima informasi ambruknya tembok tersebut sejak pagi hari. Ia mengaku sempat menegur pemilik lahan tersebut dari jauh-jauh hari ketika tetap mendirikan tembok yang menurutnya membahayakan. “Karena sempat menelan korban, ketika itu walikota memerintahkan saya pada 11 November menegur karena ada informasi pembangunan pagar yang dilanjutkan,” katanya.
Menanggapi hal itu, Sujatmiko mengaku sudah mengumpulkan babinsa, lurah, ketua RW dan ketua RT untuk melakukan koordinasi dalam penanggulangan peristiwa tersebut. Menurutnya, kejadian tersebut merupakan peringatan kepada setiap pelaku usaha yang hendak melakukan pembangunan. “Pelaku usaha agar melakukan proses perizinan dan berkomunikasi dengan warga terlebih dulu. Kalau tidak salah, tembok yang kelewat tinggi ini juga sudah pernah ditegur wasbangkim. Sebab, setiap bangunan ada aturannya,” ungkapnya.
(mam/b/ els/run)