metro-bogor

Suara Tembok Ambruk Mirip Ledakan Bom

Kamis, 16 Februari 2017 | 09:23 WIB

METROPOLITAN – Setelah sem­pat ambruk dan memakan korban jiwa, tembok setinggi 3,2 meter di Kampung Sirnagalih, RT 01/11, Ke­lurahan Harjasari, Kecamatan Bogor Selatan, kembali ambruk. Tembok yang menjulang tinggi tersebut di­ketahui ambruk sekitar pukul 03:30 WIB, dini hari kemarin. Dengan ke­jadian itu, berarti sudah tiga kali tembok tersebut ambruk dan menutupi akses warga sekitar.

Warga Sirnagalih Hasanudin (43) mengatakan, ambruknya tembok tersebut akibat hujan deras yang mengguyur Kelurahan Harjasari se­jak pukul 23:00 WIB. Saat kejadian tersebut, ia sedang tidur dan langs­ung terbangun ketika mendengar suara gemuruh. “Jam-jamnya sedang nyenyak tidur, tetapi terbangun ka­rena mendangar suara keras se­perti ledakan bom,” ujarnya kepada Metropolitan.

Tembok yang memagari lahan kosong seluas 3,3 hektare itu ambruk dengan panjang sekitar 27 meter. Ia menduga tembok kembali ambruk akibat dorongan air ketika menga­rah ke tembok yang terbuat dari lapisan bata merah terserah ke tembok yang terbuat but. Warga pun sempat mela­rang pemilik lahan membangun tembok raksasa itu sebelum membuat saluran drainase yang baik. “Warga sempat bilang ke pemilik lahan, jangan dulu bangun tembok tinggi sebelum dibuat drainasenya,” terangnya. ­

Akibatnya, tembok tersebut ambruk lagi setelah sebelum­nya telah mengalami kejadian serupa sebanyak dua kali. Ba­hkan pada kejadian yang kedua pada Maret 2016, sempat me­nelan korban jiwa. Korbannya merupakan gadis berusia 17 tahun yang saat itu sedang melintas dengan sepeda motor bersama ayahnya. “Tetapi berun­tung ayahnya bisa diselamatkan. Lokasi kejadiannya hanya ber­jarak beberapa meter dari tembok yang ambruk sekarang,” paparnya.

Sementara itu, Camat Bogor Selatan Sujatmiko Baliarto mengaku sudah menerima informasi ambruknya tembok tersebut sejak pagi hari. Ia mengaku sempat menegur pemilik lahan tersebut dari jauh-jauh hari ketika tetap mendirikan tembok yang men­urutnya membahayakan. “Ka­rena sempat menelan korban, ketika itu walikota memerin­tahkan saya pada 11 November menegur karena ada infor­masi pembangunan pagar yang dilanjutkan,” katanya.

Menanggapi hal itu, Sujatmiko mengaku sudah mengumpulkan babinsa, lurah, ketua RW dan ketua RT untuk melakukan ko­ordinasi dalam penanggulangan peristiwa tersebut. Menurutnya, kejadian tersebut merupakan peringatan kepada setiap pela­ku usaha yang hendak melaku­kan pembangunan. “Pelaku usaha agar melakukan proses perizinan dan berkomunikasi dengan warga terlebih dulu. Kalau tidak salah, tembok yang kelewat tinggi ini juga sudah pernah ditegur wasbangkim. Sebab, setiap bangunan ada aturannya,” ungkapnya.

(mam/b/ els/run)

Tags

Terkini