METROPOLITAN – 53 tahun sudah lembaga pemasyarakatan telah berdiri. Menyiapkan warga binaan melalui peningkatan produktifitas jadi catatan yang disampaikan Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar. Hal tersebut dikatakan Deddy saat menjadi inspektur upacara pada kegiatan peringatan Hari Bhakti Pemasyarakatan ke-53 di Lapas Kelas II A Cibinong, Kabupaten Bogor, kemarin. “Saya kira perubahan paradigma saat ini sangat penting. Sistem kepenjaraan harus jadi pemasyarakatan. Karena, sudah 53 tahun berdiri dan kalau tidak berubah bodoh sekali kita,” kata Deddy.
Menurut Deddy, sistem pemasyarakatan yang dimaksud olehnya, terkait menyiapkan betul-betul warga binaan saat kembali ke masyarakat nanti. Dalam artian, warga binaan diberikan modal melalui peningkatan produktivitas dan keterampilan selama di dalam Lapas. “Modal ini dimaksudkan ketika mereka keluar mereka bisa langsung bekerja dengan baik selayaknya masyarakat lain. Lebih baik lagi bekerjasama dengan pihak lain agar warga binaan yang produktif dapat memiliki penghasilan,” ucap dia.
Namun demikian, sambung Deddy, kinerja para petugas lapas pun harus terus diperbaiki secara menyeluruh. Agar, yang namanya handphone di dalam lapas, tindak pungutan liar (pungli) hingga narkoba sudah tidak ada lagi di lingkup lapas. “Kan ini sudah tidak masuk akal sama sekali kalau hal itu masih ada. Penjara apa gunanya. Makanya mental petugas juga perlu di reformasi birokrasinya,” imbuhnya.
Deddy menambahkan, penekanan ini bukan ditunjukan untuk lapas yang ada di wilayah Jawa Barat saja, melainkan seluruh Indonesia. Sehingga, lapas-lapas yang ada diharapkan dapat mencontoh Lapas Kelas II A Cibinong yang sudah mulai menerapkan program berbasis teknologi informasi (TI). “Saya kira sarana dan fasilitas yang ada di lapas Cibinong ini sudah bagus. Saya fikir, semestinya memang sudah harus semuanya melakukan hal yang sama,” ujar Deddy.
Sementara itu, Kepala Kanwil Kemenkumham Jabar Susy Susilawati merasa, pekerjaan rumah saat ini yang harus ditingkatkan setiap lapas adalah bagaimana meminimalisir adanya peredaran uang di dalam lapas. Sehingga, diharapkan, di zaman era teknologi ini setiap lapas menggunakan pengamanan berbasis teknologi. “Kalau bisa sampai menghilangkannya,” kata Susy.
Tak hanya itu, Susy juga mengaku, tengah melakukan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang ada di setiap lapas, supaya narkoba tidak bisa lagi masuk ke dalam lapas. “Kita lakukan secara bertahap. Kalaupun sekarang masih ada karena pemeriksaan yang dilakukan secara konpensional, hanya dilihat dan diraba. Sehingga, itu yang sedang kami tingkatkan selain peningkatan keterampilan dari warga binaan sendiri,” imbuh dia.
Susy menuturkan, memang ada beberapa lapas yang sudah menerapkan kartu e-pass yang bekerjasama dengan pihak Bank. Akan tetapi, dengan fingerprint dalam artian belanja hanya cukup menggunakan jempol ini baru dilaksanakan di Cibinong. Sehingga, pihaknya sangat mengapresiasi peresmian layanan pemasyarakatan yang dilakukan Lapas Kelas II A Cibinong. “Apalagi dengan sistem ini keamanannya jadi sangat tinggi. Mungkin nanti akan digunakan oleh lapas-lapas lainnya,” ujar Susy.
Masih ditempat yang sama, Kepala Lapas Kelas II A Cibinong, Anak Agung Gde Krisna mengaku, pihaknya bersama kalapas lainnya tetap semangat melakukan program yang telah ditetapkan pemerintah. Baik melalui program zero Handphone, Pungli dan Narkoba (Halinar) hingga industri di dalam lapas. Sehingga, ia berharap di hari Pemasyarakatan ini pihaknya dapat terus berubah dan berbenah ke arah pemasyarakatan yang lebih baik. “Kita terus lakukan secara maksimal. Kita tidak diam dan tidak tidur, semua bekerja untuk melakukan pelayanan dan pembinaan terhadap warga binaan yang sebaik-baiknya,” tutupnya.
(rez/b/els)