METROPOLITAN – Banyaknya unggas impor yang masuk ke Indonesia membuat sejumlah peternak ayam dan akademisi cemas. Hal itu lantaran banyak ayam asli Indonesia yang mulai dicampur-campur genetiknya dengan beberapa jenis ayam lain. Sehingga hasil ayamnya pun tidak jelas karena ayam tersebut merupakan rekayasa genetik. Head of Japfa Foundation Andi Prasetyo mengundang sejumlah pemangku kebijakan untuk membicarakan hal ini dalam Forum Gorup Discussion (FGD) yang berlangsung di Hotal Salak Herittage, kemarin. Japfa bersama sejumlah praktisi dan akademisi mengangkat tema Pelestarian dan Perlindungan terhadap Genetik Ayam Asli Indonesia. “Melalui FGD ini juga kami ingin mendapatkan berbagai masukan untuk road map pelestarian dan pengembangan ayam asli Indonesia yang sehat, sebagai salah satu penghasil protein hewani berkelanjutan yang berkontribusi terhadap ketahanan pangan nasional,” ujarnya kepada Metropolitan. Dalam FGD ini, Andi melibatkan para peserta yang akan melakukan presentasi seputar informasi, riset dan teknologi terbaru, terkait ayam lokal. Di sisi lain, pengembangan ayam lokal di Indonesia juga bakal menjadi topik diskusi penting melalui FGD ini dalam menempatkan ayam lokal menjadi tuan di negeri sendiri. “Banyak pihaknya berpartisipasi dalam kegiatan ini, seperti sejumlah akademisi dari IPB, pemerintah dan sejumlah pengusaha ayam yang ada,” terangnya. Selain itu, banyak juga ayam Indonesia yang mulai diimpor ke sejumlah negara di Eropa maupun di Amerika. Dan hal tersebut belum mendapatkan lisensi dari PBB bahwa sejumlah ayam tersebut merupakan ayam asli Indonesia. “Seperti ayam Cemani yang dijual Rp33 juta per porsinya di sebuah restoran. Padahal ayam tersebut asli Indonesia,” paparnya. Dengan adanya FGD ini, Andi berharap masyarakat Indonesia dapat membudidayakan ayam-ayam Indonesia tanpa harus mengubah genetik yang ada. Karena dengan begitu generasi di bawahnya bisa menikmati dan mengetahui ayam-ayam yang ada di Indonesia. (mam/b/els/dit)