metro-bogor

Rp24 M Untuk Guru Honorer

Selasa, 23 Mei 2017 | 08:23 WIB

Setelah Aksi Bela Guru beberapa waktu lalu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor melalui Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Bogor menyiapkan anggaran khusus umtuk guru honorer. Sebanyak Rp24 miliar akan dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Perubahan tahun ini. Dana ini akan diberikan kepada ribuan guru honorer yang belum kebagian jatah tunjangan kesejahteraan pegawai (kespeg).

Dari 12.601 guru honorer yang sudah dikeluarkan surat tugas oleh bupati, sebanyak 4.000 guru honorer belum menda­patkan tunjangan kespeg. Jika dikalkulasi, maka Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor perlu menyiapkan anggaran sebesar Rp2 miliar per bulan atau Rp24 miliar per tahun bagi 4.000 guru honorer. Satu guru honorer akan diberi tun­jangan kespeg sebesar Rp500 ribu. Jika anggaran mencu­kupi, tiga bulan di akhir tahun ini mereka dijanjikan akan mendapatkan upah tersebut. “Kalau tidak cukup di peruba­han anggaran tahun ini berar­ti awal tahun depan,” kata Kepala Disdik Kabupaten Bogor, TB Luthfie Syam.

Menurutnya, ia tidak mau memaksakan menaikkan upah guru honorer yang berkisar Rp500 ribu hingga Rp750 ribu menjadi Rp1 juta. Sebab, ia lebih memprioritaskan 4.000 guru ini untuk menerima upah baru kemudian memikirkan cara menaikkan upah mereka. “Kita fokus yang belum keba­gian. Kalau semua sudah tera­lisasi baru kita berpikir ke penambahan anggaran se­perti yang diusulkan guru ho­norer,” ucap mantan Kepala Satpol PP Kabupaten Bogor ini.

Kendati demikian, sambung dia, guru honorer tak perlu risau dengan keinginan menaik­kan dana kespeg per bulan ini. Karena, pihaknya dengan BKPP Kabupaten Bogor tengah men­ghitung dengan cara simulasi angka, kira-kira berapa besa­rannya yang cocok untuk me­reka mendapatkan uang kespeg per bulannya. “Kita sedang sesuaikan berdasarkan kemam­puan anggaran Kabupaten Bogor. Berapa sih anggaran yang wajar untuk mereka,” imbuhnya.

Soal tuntutan para guru ho­norer menginginkan uang kespeg di angka sebesar Rp1 juta per bulan, dijelaskan Luth­fie, kalau berbicara cukup APBD Kabupaten Bogor sanggup. Akan tetapi, kebutuhan dari APBD ini bukan hanya untuk Disdik melainkan untuk Orga­nisasi Perangkat Daerah (OPD) lainnya. “Asalkan semuanya (OPD) mempunyai komitmen, itu cukup. Apalagi sekarang anggaran untuk perbaikan ru­ang kelas tinggal 900-an lagi, sehingga kalau itu sudah bisa terpenuhi (perbaikan ruang kelas) anggarannya bisa dialo­kasikan untuk gaji guru hono­rer. Tapi jangan ngomong ke situ dulu, kita fokus memberi­kan gaji bagi guru honorer yang belum dapet uang kespeg,” tutupnya.

Sebelumnya, Bupati Bogor Nurhayanti mengatakan, se­benarnya kelima tuntutan guru honorer sudah dipenuhi pemerintah daerah. Pemerintah sudah memfasilitasi melalui audiensi, dengan para guru honorer di Kabupaten Bogor. Namun, tak dipungkiri masih jauh dari maksimal. “Salah satu tuntutan mereka kan ingin dikeluarkan SK, istilahnya Nomor Unik Pendidik dan Te­naga Kependidikan (NUPTK), saya tidak dapat mengeluarkan karena ada peraturan yang melarang, tetapi ada surat Per­mendikbud yang mengatur untuk mendapatkan dana BOS, mereka harus mendapatkan surat tugas,” kata Nurhayanti.

Kalau berbicara peningkatan tunjangan kespeg, hal tersebut pun sudah coba dipenuhi. Me­ski, disadari peningkatan ang­garan tersebut tidaklah sebe­rapa. “Walaupun dari Rp650.000 meningkat jadi Rp750.000, saya fokusnya bukan meningkatkan tetapi masih ada 4.000 guru honorer yang belum menda­patkan kespeg, saya kira ini yang perlu diperjuangkan pelan-pelan,” ucapnya.

Seperti diketahui, Kamis (18/5) lalu ratusan guru honorer meng­gelar unjuk rasa. Namun sayang­nya berakhir ricuh karena me­reka terlibat aksi dorong-mendorong dengan petugas Satpol PP Kabupaten Bogor di depan pintu gerbang lingkup Pemerintah Kabupaten (Pem­kab) Bogor. Kericuhan ini ber­mula ketika waktu menunjukan pukul 14:00 WIB. Demonstran yang sudah melakukan aksi unjuk rasa sejak 12:30 WIB ini meminta ingin dipertemukan dengan Bupati Bogor Nur­hayanti. Satu jam setengah sudah mereka menunggu, namun orang nomor satu di Kabupaten Bogor itu tak jua muncul.

Sehingga, para demonstran mulai kesal dan tidak sabar hingga nekat menerobos pintu gerbang utama Pemkab Bogor. Pada saat melakukan aksi dorong-dorong pagar, demonstran mendapatkan hadangan petugas Satpol PP dan aparat kepolisian yang sudah berjaga. Entah bagai­mana, saling maki terlontar dari para pengunjuk rasa dan petugas Satpol PP Kabupaten Bogor. Beberapa puing bekas makanan dan minuman pun sekejap beterbangan melin­tasi pagar berwarna hijau ter­sebut.

Petugas Satpol PP yang ber­jaga didominasi kaum muda ini mulai membuka gerbang yang tadinya sempat ditutup untuk menghalangi para de­monstran masuk ke lingkup Pemkab Bogor. Mereka keluar pagar untuk mencari dan me­nangkap provokator yang menyebabkan kericuhan ini berlangsung. Namun, aksi ini hanya berlangsung selama lima menit karena aparat kepolisian dan beberapa guru honorer perempuan yang sudah beru­mur turun menenangkan si­tuasi keadaan.

Adapun lima tuntutan yang disampaikan para tenaga ho­norer di Kabupaten Bogor. Di antaranya, meminta SK Bu­pati untuk sertifikasi dan peng­ajuan UNPTK, memberikan tunjangan Kesejahteraan Pe­gawai (Kespeg) tepat waktu, penetapan Upah Minimum Kerja (UMK) Kabupaten Bogor segera direalisasikan, memin­ta BPJS Kesehatan dan Kete­nagakerjaan dapat digratiskan bagi seluruh guru honor Ka­bupaten Bogor. Serta, mende­sak Pemda merekomendasikan seluruh guru honorer diting­katkan statusnya menjadi CPNS sesuai pendidikan dan masa kerja. “Lima poin ini se­benarnya masih normatif, ka­rena sudah dari 2016 kita su­arakan dan dewan pun sudah menyepakatinya. Tapi sampai sekarang tidak ada tindaklanjut dari pemerintah,” kata Ketua Persatuan Guru Honor (PGH) Kabupaten Bogor Halim Saha­budin.

(rez/b/els/dit)

Tags

Terkini