METROPOLITAN - Penolakan rencana Full Day School (sekolah satu hari penuh) yang digagas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terus bergulir. Kali ini datang dari Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar. Menurut Muhaimin, selama ini pendidikan pengajaran agama sudah ditangani dengan baik oleh Nahdlatul Ulama (NU). Sehingga, kalaupun penerapan Full Day School tetap dilaksanakan, apakah benar para murid pendidikan agama dapat terjamin secara baik.
“Apalagi di sekolah guru-gurunya keterbatasan dengan ilmu agama. Apakah di sekolah-sekolah itu dapat menjamin,” kata Muhaimin usai melakukan dialog bersama ulama dan tokoh masyarakat memperkuat silaturahmi meneguhkan Islam Rahmatan Lilalamin di Kantor PCNU Kabupaten Bogor, kemarin.
Selama ini, rencana Full Day School hanya disetujui Muhammadiyah. Alasannya karena kegiatan itu merupakan solusi untuk perkotaan yang tidak banyak pesantrennya. Namun, sebenarnya di wilayah perkotaan juga sudah ada Diniyah Takmiliyah Awaliyah yang merupakan suatu tempat pendidikan keagamaan Islam nonformal yang menyelenggarakan pendidikan agama Islam sebagai pelengkap bagi siswa Sekolah Dasar (SD). Sehingga harus ada jalan tengahnya agar tidak terjadi perpecahan pendapat antarumat muslim di Indonesia.
“Saya harap NU dan Muhammadiyah tidak pernah pecah. Saya juga berharap NU dapat menjadi pemersatu umat Islam. Saya juga akan mendatangi Ketua Muhammadiyah untuk mengajak duduk bersama membahas hal ini dengan NU,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua DPC PKB Kabupaten Bogor Edwin Sumarga akan menunggu terlebih dahulu keputusan dari PKB pusat, agar ke bawahnya bisa berkesinambungan. “Bisa saja kita juga melakukan hal yang sama (duduk bersama dengan Muhammadiyah yang ada di Kabupaten Bogor). Tapi, saya pikir karena ini struktur di pusat, kita menunggu dulu hasilnya,” kata Edwin.
Ia berharap ada kesadaran dari pemerintah pusat bahwa Diniyah Takmiliyah Awaliyah bukanlah suatu tempat belajar yang baru berdiri seumur jagung. Apalagi, sistem pengajarannya sendiri sangat kooperatif dan bisa menyenangkan bagi para muridnya. “Pemerintah juga harus ada kesadaran untuk Diniyah Takmiliyah Awaliyah. Mereka berdiri bukan satu atau dua tahun, tetapi sudah lama,” tutupnya.
(rez/b/els/dit)